REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seiring berjalannya waktu, manusia mengembangkan teknologi melalui sejumlah penemuan canggih. Beberapa dari kemajuan teknologi dikembangkan dengan sengaja dan sangat berguna.
Namun, tidak semua penemuan berjalan mulus karena ada kegagalan teknologi yang menyebabkan malapetaka. Berikut lima kegagalan teknologi yang mengubah sejarah, dikutip SlashGear, Selasa (12/4/2022):
Ponsel yang meledak
Pada tahun 2016, ponsel telah menjadi alat yang yang banyak digunakan manusia sampai musibah terjadi, sebuah ponsel meledak. Ponsel tersebut adalah Samsung Galaxy Note 7. Business Insider melaporkan, saat itu, Samsung segera mengatasi masalah dengan menunjuk ratusan peneliti dan insinyur untuk menganalisis puluhan ribu ponsel dan baterai.
Penyelidikan Samsung akhirnya mengungkapkan kesalahan dalam pembuatan baterai di dalam ponsel yang menyebabkan mereka menjadi terlalu panas. Insiden tersebut menyebabkan Samsung kehilangan pangsa pasar dan kepercayaan konsumen, tetapi tanggapan mereka menghasilkan kepercayaan baru dan baterai ponsel yang lebih aman.
Musibah Hindenburg
Saat pesawat belum ditemukan, manusia mengandalkan alat transportasi bernama kapal udara pada pertama abad ke-20. Kala itu, kapal udara menjanjikan penerbangan yang lambat dan mewah di seluruh dunia. Sayangnya, janji itu harus runtuh saat kapal Hindenburg terbakar ratusan kaki di atas New Jersey pada tahun 1937.
Sampai saat ini, belum ada kejelasan persis penyebabnya. Meski begitu ada sejumlah hipotesis yang ditemukan. Salah satunya adalah yang dijelaskan oleh The Smithsonian, penumpukan statis dari badai terdekat mungkin telah terbentuk di sekitar kapal. Ini seharusnya tidak menjadi masalah karena tali tambat yang menyentuh tanah sebelum turun seharusnya telah mengeluarkan listrik yang tersisa.
Namun, diyakini bahwa kanvas kapal itu didoping dengan bahan kimia yang mirip dengan bahan bakar jet. Kombinasi listrik statis, kanvas yang mudah terbakar, dan sel hidrogen dapat menimbulkan bencana.
DDT sebabkan resistensi serangga
Pada tahun 1940-an usia pestisida kimia dimulai dengan penemuan DDT. Awalnya, itu berhasil mengendalikan populasi serangga dan penyakit yang mereka bawa. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika (EPA), kontrol tersebut menghasilkan penunuran kasus penyakit yang dibawa serangga pada populasi manusia dan hewan lain.
Namun, keberhasilan ini berubah menjadi hal yang serba salah. Banyak serangga mulai mengembangkan resistansi terhadap pestisida kimia yang memerlukan pengembangan bahan kimia yang lebih kuat.
Terlebih bahan kimia masuk ke air dan menyebar ke udara akan berdampak pada populasi hewan dan manusia. Paparan ini membawa risiko yang dalam banyak kasus lebih buruk daripada penyakit yang dibawa serangga. Saat ini, penggunaan DDT dikontrol dengan ketat dan hanya digunakan dalam keadaan tertentu ketika para pemimpin kesehatan dunia telah menentukan bahwa risiko penyakit seperti malaria lebih besar daripada risiko pestisida itu sendiri.