Ahad 17 Apr 2022 19:37 WIB

Pengamat: Tekanan Akibat Pandemi Bisa Jadi Pemicu Klitih

Ketika pembelajaran sepenuhnya daring banyak ruang ekspresi pelajar yang hilang

Rep: wahyu suryana/ Red: Hiru Muhammad
Tersangka pelaku kejahatan jalanan atau klitih dihadirkan saat konferensi pers di Mapolda DIY, Yogyakarta, Senin (11/4/2022). Sebanyak lima tersangka berstatus pelajar dan mahasiswa diamankan dari kasus penganiyaan pelajar SMA hingga meninggal. Pelaku dijerat dengan Pasal 353 Ayat (3) Juncto Pasal 55 atau Pasal 351 Ayat (3) Juncto Pasal 55 KUHP dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara. Barang bukti celurit, pedang, serta hear sepeda motor turut dihadirkan dalam konferensi pers ini.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Tersangka pelaku kejahatan jalanan atau klitih dihadirkan saat konferensi pers di Mapolda DIY, Yogyakarta, Senin (11/4/2022). Sebanyak lima tersangka berstatus pelajar dan mahasiswa diamankan dari kasus penganiyaan pelajar SMA hingga meninggal. Pelaku dijerat dengan Pasal 353 Ayat (3) Juncto Pasal 55 atau Pasal 351 Ayat (3) Juncto Pasal 55 KUHP dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara. Barang bukti celurit, pedang, serta hear sepeda motor turut dihadirkan dalam konferensi pers ini.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dosen UGM dan Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) DIY, Muhammad Nur Rizal mengatakan, perubahan-perubahan dan tekanan-tekanan yang muncul akibat pandemi bisa menjadi salah satu pemicu aksi klitih Khususnya, bagi remaja.

Ia menilai, banyak remaja harus menghadapi perubahan dinamika dalam keluarga, sekolah, relasi pertemanan, serta lingkungan masyarakat. Dalam situasi yang demikian kompleks, anak sulit memenuhi kebutuhannya akan ruang ekspresi diri.

Baca Juga

"Manusia butuh aktualisasi diri. Tapi, belakangan ini anak muda tidak memiliki ruang untuk berekspresi baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat sekitarnya," kata Rizal, Sabtu (16/4).

Ketika kegiatan pembelajaran diselenggarakan sepenuhnya secara daring, banyak aktivitas yang bagi siswa dapat menjadi ruang untuk berekspresi, berkarya dan berinteraksi hilang. Demikian pula ruang interaksi di lingkungan masyarakat.

Anak banyak menghabiskan waktu di rumah, namun banyak keluarga tidak memiliki relasi yang baik. Banyak orang tua mengalami efek pandemi dan terpuruk secara ekonomi, sehingga lupa membangun kedekatan dan komunikasi intensif dengan anak.

Padahal, anak mengalami banyak persoalan baru, sehingga perlu mendapat perhatian dan pendampingan dari orang tua. Hal ini membuat relasi antara anak dengan orang tua semakin jauh, dan banyak anak yang jadi melarikan diri ke dunia teknologi."Ketika ruang interaksi dan partisipasi berkurang, anak lari ke dunia teknologi. Bagi sejumlah anak, ketika terpapar hal-hal negatif kemudian mencoba menerapkan ," ujar Rizal.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa sejumlah perubahan pada perilaku kejahatan yang kini bisa dilakukan individual. Termasuk, klitih yang sebelumnya lebih banyak dilakukan berkelompok, kini bisa dilakukan individual.

Ia menerangkan, sejumlah pendekatan yang dapat dilakukan untuk mencegah remaja terlibat dalam aktivitas negatif salah satunya dengan menciptakan lingkungan yang positif. Harus dimaknai lingkungan yang memberi rasa aman bagi siswa."Untuk melakukan kegiatan sesuai kodratnya sebagai manusia, juga dimaknai dengan adanya peran masyarakat terkecil dalam membangun kegiatan yang partisipatif," kata Rizal.

Selain itu, sekolah dan keluarga perlu membangun penalaran dan kesadaran anak. Kemudian, memperbanyak ruang refleksi dalam proses belajar dan mendorong anak untuk mengenali potensi, keunikan dan emosi.

Anak, lanjut Rizal, perlu lebih banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan belajar yang berbasis masalah. Sehingga, anak-anak didorong untuk melakukan aktivitas yang positif bagi masyarakat. Anak jadi tidak teralienasi dari masyarakat."Belajar membangun rasa empati dan sejak muda dia mengerti ilmu pengetahuan, keterampilan diri dan kompetensi sosial bermanfaat bagi orang lain, dengan begitu anak tidak merasa sebagai useless generation," ujar Rizal. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement