REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini di Indonesia berlaku tiga kurikulum untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah yakni Kurikulum 2013, Kurikulum 2013 yang Disederhanakan, dan Kurikulum Merdeka. “Sekolah diberi keleluasaan memilih kurikulum yang paling tepat untuk diterapkan di sekolah masing-masing dengan benar-benar mempertimbangkan karakteristik murid," ungkap Oos M Anwas, Plt Kepala Pusat Riset Pendidikan saat membuka Tadarus Pendidikan di Jakarta, Senin (25/4).
Tadarus Pendidikan yang mengusung tema Esensi, Hakiki, dan Implementasi Kurikulum Merdeka dihadiri lebih dari 300 peserta. Mereka terdiri dari dosen, guru, periset dan praktisi pendidikan.
Masih menurut Oos, sejatinya kurikulum wajib didesain untuk berkhidmah kepada murid dan memberi ruang bagi guru berinovasi. Untuk itu, Pusat Riset Pendidikan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan terus memberikan berbagai pertolongan bagi guru agar memiliki kemampuan mumpuni dalam mengelola pembelajaran dan penilaian. “Pusat Riset Pendidikan memiliki sekitar 80 periset yang siap berkolaborasi dengan para pelaku dan pemangku pendidikan untuk menemukan berbagai formula manjur guna mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujar Oos seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Kurikulum Merdeka, menurut Zulfikri Anas, Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kemendikbudristek, merupakan salah satu opsi pemulihan pendidikan. Zulfikri berharap sekolah berani jujur merefleksi dirinya sebelum memilih opsi implementasi Kurikulum Merdeka. “Ada tiga opsi implementasi Kurikulum Merdeka. Pertama, sekolah menerapkan beberapa fitur Kurikulum Merdeka untuk memperkuat efektivitas dan kebermaknaan kurikulum yang sedang berlangsung,” kata Zulfikri.
Kedua, lanjut Zulfikri, sekolah menerapkan Kurikulum Merdeka dengan memakai perangkat yang dikembangkan pemerintah, dan ketiga, sekolah menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan perangkat secara mandiri.
Zulfikri mengingatkan agar semua pelaku pendidikan fokus pada esensi, bukan make up kurikulum. “Mengenali murid dengan baik, berkhidmah pada murid, materi esensial, pembelajaran dan penilaian berkualitas merupakan esensi keberhasilan kurikulum," tegas Zulfikri.
Senada dengan Zulfikri, Deni Hadiana, periset Pusat Riset Pendidikan mengatakan, Capaian Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka sangat vital karena merupakan rujukan bagi guru saat mengembangkan tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran dan penilaian, dan bahan ajar untuk itu “Perumusan Capaian Pembelajaran hendaknya telah benar-benar mencerminkan capaian yang terukur, holistik, dan konten esensial,” kata Deni.
Deni juga meminta agar Capaian Pembelajaran bersifat dinamis. “Artinya sekolah dan guru diberi ruang untuk mengembangkan capaian pembelajaran selama melampaui capaian pembelajaran versi pemerintah,” ujarnya.
Dihubungi secara terpisah, praktisi Afrizal Sinaro menyambut baik kebijakan pemerintah yang tidak lagi memaksa sekolah menerapkan kurikulum tertentu. Afrizal meyakini Kurikulum Merdeka didesain untuk memaksimalkan pelayanan pembelajaran dan penilaian terbaik pada murid.