REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebiasaan tidur dengan paparan cahaya lampu tampaknya perlu dihindari. Menurut sebuah studi terbaru, paparan cahaya saat tidur di malam hari tampak berkaitan dengan kejadian obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes pada orang dewasa.
Studi yang dilakukan oleh Northwestern Medicine ini melibatkan 552 partisipan berusia 63-84 tahun. Hanya kurang dari setengah partisipan yang terbiasa tidur dalam kondisi gelap. Partisipan lainnya diketahui terpapar cahaya, meski di pertengahan waktu tidur mereka.
Melalui jurnal SLEEP, tim peneliti mengungkapkan bahwa paparan cahaya apa pun saat tidur di malam hari tampak berkaitan dengan kejadian obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes yang lebih tinggi. Paparan cahaya ini tak hanya bisa berasal dari lampu, tetapi juga dari televisi, ponsel pintar, atau polusi cahaya di kota besar.
"Penting bagi orang-orang untuk menghindari atau membatasi jumlah paparan cahaya saat tidur," jelas peneliti dari Northwestern Medicine, Dr Phyllis Zee, seperti dilansir News Medical, Kamis (30/6/2022).
Dr Zee mengungkapkan bahwa ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi paparan cahaya saat tidur. Berikut ini adalah ketiga cara tersebut:
1. Tidak menyalakan lampu. Bila membutuhkan cahaya di kamar tidur, khususnya bagi lansia untuk alasan keamanan, coba letakkan sumber cahaya yang redup dekat dengan lantai.
2. Sesuaikan warna. Bila memang tak bisa benar-benar lepas dari cahaya lampu saat tidur, pilih lampu tidur yang memancarkan warna kekuningan, merah, atau oranye untuk mengurangi stimulasi pada otak. Hindari menggunakan lampu yang memancarkan cahaya putih atau biru. Upayakan pula untuk menempatkan sumber cahaya sejauh mungkin dari posisi tidur.
3. Pasang tirai penangkal cahaya atau gunakan masker penutup mata. Kedua hal ini bisa membantu bila sumber cahaya berasal dari tempat yang tak bisa dikontrol, misalnya paparan lampu dari luar jendela kamar tidur.