REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cerita tentang perkembangan teknologi di dunia robotika bisa ditarik jauh ke belakang. Pada 1516, Leonardo da Vinci telah merancang sekaligus membuat sebuah robot singa untuk raja Prancis, Francis I.
Singa tersebut dapat berjalan sendiri saat diketuk dengan sebuah tongkat "ajaib". Tak hanya itu, singa tersebut juga akan membuka dadanya kemudian memperlihatkan "bunga bakung" atau fleurdelis yang merupakan lambang kerajaan Prancis saat itu.
Kini, sentuhan kecerdasan buatan (AI), mesin belajar, dan big data telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pengembangan robot komersial. Pabrik-pabrik pembuat robot pun berdiri megah dan melahirkan robot yang ditujukan untuk berbagai ke perluan.
Besarnya industri robot saat ini juga mendorong pertumbuhan pasar robot daur ulang. Studi yang dilakukan perusahaan data dan analitik asal India, Astute Analytica, menunjukkan, pertumbuhan yang luar biasa dalam pendapatan pasar untuk pasar robot bekas dan rekondisi global. Tepatnya, dari 1,7 juta dolar Amerika Serikat (AS) pada 2021 menjadi 3,6 juta dolar AS pada 2028.
Pasar juga diperkirakan akan tumbuh sekitar 11,1 persen selama periode 2022- 2028. Dikutip dari laman resmi Astute Analytica, robot yang diperbaharui terus mendapatkan popularitas yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini disebabkan semakin banyak perusahaan internasional dan regional yang membuat robot industri, kemudian digunakan di berbagai industri untuk aplikasi, seperti penanganan material dan logistik. Namun, biasanya robot bekas dan yang diper barui akan diperkuat dengan meka nisme dan perangkat tambahan yang berbeda, seperti GPS, sistem penglihatan, dan sensor canggih.
Salah satu robot daur ulang yang terkenal adalah Daisy dari Apple. Daisy merupakan Daisy adalah robot yang ditugaskan untuk mendaur ulang produk Apple, khususnya Iphone yang masuk dalam program trade in.
Robot milik Apple ini memiliki fungsi krusial untuk membuat material iPhone dapat digunakan kembali dan tidak merusak lingkungan. "Kami telah membuat kema juan nyata dalam pekerjaan untuk meng atasi krisis iklim dan untuk suatu hari mem buat produk tanpa mengambil apa pun dari bumi," kata Lisa Jackson selaku wakil presiden lingkungan, kebijakan, dan inisiatif sosial Apple Inc.
Dikutip dari Apple Newsroom, menurut dia, Daisy kini punya peran lebih dari sekadar robot yang membantu proses daur ulang iPhone. Daisy mampu membongkar 200 iPhone per jam. Ia juga mampu mem proses daur ulang satu juta perangkat pada 2017.
Dengan kemampuan ini, teknologi Daisy akan dikembangkan tidak sebatas untuk mendaur ulang perangkat saja. Beberapa perusahaan otomotif dikabarkan tertarik untuk mengadaptasi teknologi yang dimiliki Daisy.