REPUBLIKA.CO.ID, TONGA -- Letusan dahsyat gunung berapi Hunga-Tonga-Hunga Ha’apai di Tonga pada 15 Januari 2022 menyemprotkan air dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya langsung ke stratosfer. Jumlahnya cukup untuk mengisi lebih dari 58.000 kolam renang ukuran Olimpiade.
“Kami belum pernah melihat yang seperti ini,” kata Luis Millán, seorang ilmuwan atmosfer yang bekerja di Laboratorium Propulsi Jet Badan Antariksa Amerika (NASA), dilansir dari Fox News, Jumat (5/8/2022).
Ketika gunung berapi meletus, air laut bersentuhan langsung dengan lava yang meletus dan menjadi sangat panas, menciptakan “uap eksplosif”. Ilmuwan NASA mengatakan bahwa uap akan bertahan selama bertahun-tahun, kemungkinan memengaruhi suhu rata-rata global Bumi.
Biasanya uap memerlukan waktu sekitar dua hingga tiga tahun untuk menghilang. Akan tetapi, air dari letusan 15 Januari bisa memakan waktu lima hingga sepuluh tahun untuk menguap.
Hunga Tonga-Hunga Ha'apai “mungkin letusan gunung berapi pertama yang diamati berdampak pada iklim bukan melalui pendinginan permukaan yang disebabkan oleh aerosol sulfat vulkanik, melainkan melalui pemanasan permukaan,” hipotesis Millán dalam sebuah makalah.
Millán memimpin penelitian yang meneliti jumlah uap air yang disemprotkan gunung berapi ke stratosfer, lapisan atmosfer antara sekitar delapan dan 33 mil (12 dan 53 km) di atas permukaan Bumi. Millán dan rekan-rekannya menemukan bahwa gunung berapi Tonga mengirimkan sekitar 146 tetragram (1 tetagram sama dengan satu triliun gram) uap air ke stratosfer Bumi.
Jumlah air yang diluncurkan di stratosfer sama dengan 10 persen dari air yang sudah ada di lapisan atmosfer. Penelitian mereka dipublikasikan di Geophysical Research Letters.
Letusan itu berasal dari gunung berapi yang lebarnya lebih dari 12 mil. Sehari sebelum letusan besar, pejabat Tonga melaporkan di Facebook gunung berapi itu terus meletus. Di pos tersebut, mereka melaporkan bahwa gunung berapi itu mengirimkan gumpalan abu, uap, dan gas selebar tiga mil yang naik ke ketinggian 35 mil ke atmosfer.
Para peneliti juga mencatat bagaimana uap air dapat melemahkan lapisan ozon yang melindungi kehidupan di Bumi dari radiasi yang merusak dari matahari.
Penulis penelitian mengatakan masih terlalu dini untuk memprediksi efek iklim yang tepat dari letusan Tonga. “Sangat penting untuk terus memantau gas vulkanis dari letusan ini dan yang akan datang untuk lebih mengukur berbagai peran mereka dalam iklim,” tulis Millán.