REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak-anak di usia dini mengenai aksi-aksi kecil yang mengandung nilai dan refleksi pengembangan karakter empati. Tujuannya, agar kelak anak dapat berinteraksi dengan baik terhadap lingkungannya, menerima, dan bahkan diterima oleh lingkungannya.
Pendidik Prasekolah Rumah Main Cikal, Ina Winangsih, mengatakan, orang tua perlu lebih dahulu memahami secara khusus apa sebenarnya hakikat empati yang dapat ditumbuhkan kepada anak, dan dari mana orang tua dapat menerapkannya. Menurut dia, empati yang ditumbuhkan pada anak dimulai dari memahami bahwa setiap orang memiliki karakter dan perasaan yang berbeda-beda ketika menghadapi satu masalah.
Empati merupakan kemampuan anak untuk dapat merasakan dan memahami keberadaan orang lain sebagai individu yang juga memiliki karakter dan perasaan yang berbeda-beda. Dia mengatakan, poin penting dari upaya mengembangkan karakter empati pada anak bagi orang tua adalah memberi contoh dan bertoleransi.
“Orang tua perlu memiliki sikap empati yang dapati dijadikan contoh bagi anak. Empati adalah sesuatu yang dapat diobservasi menggunakan panca indra dan dapat dirasakan secara emosional,” ujar Ina dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, baru-baru ini.
Ina menyebut, anak perlu ditunjukkan bagaimana kita dapat bersikap dengan empati. Namun, di sisi lain, orang tua juga perlu melihat bahwa setiap anak memiliki kemampuan, situasi, dan pengalaman yang berbeda-beda. Maka orang tua juga harus memiliki toleransi terhadap hal-hal yang dapat memengaruhi pertumbuhan karakter empati anak. “Baik toleransi pada perbedaan proses belajar anak, maupun toleransi pada beberapa hal yang ada di sekitar anak,” ujarnya.
Mengembangkan dan mengasah empati anak sejak dini tidak dapat diukur dengan kuantitatif. Dia mengatakan, keberhasilan pengembangan empati anak sejak usia dini di jenjang prasekolah dapat dilihat keberhasilannya dari proses interaksi anak, pengelolaan emosinya, dan cara anak memahami segala hal di sekitarnya.
Pengembangan karakter empati anak usia dini tidak dapat diukur secara kuantitatif. Orang tua dapat mengetahui apakah pengembangan karakter ini berhasil atau tidak seiring dengan berjalannya anak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
“Ketika anak bisa memahami dan meregulasi emosinya sendiri, ketika anak dapat berinteraksi dengan teman sebaya, ketika anak dapat memahami isu atau masalah yang terjadi, dan sebagainya, maka karakter empati anak akan terus berkembang.” jelas Ina yang merupakan lulusan magister program double degree Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Pendidikan Indonesia, dan National Dong Hwa University (NDHU), Taiwan, ini.
Rumah Main Cikal berupaya dan berkolaborasi bersama orang tua untuk mengembangkan karakter empati dan mengasahnya untuk bertumbuh baik dalam diri anak dengan berbagai cara. Baik itu dalam kegiatan sehari-hari saat berinteraksi dan juga menghadirkan program khusus.
“Hal ini dilakukan dengan cara mengajarkan saling berbagi bersama teman, mencoba menenangkan teman yang bersedih, dan guru berusaha memberikan pengertian bahwa teman yang bersedih atau marah membutuhkan waktu dan ruang,” kata Ina.
Sekolah tersebut juga memiliki program Cikal Aksi-Aksi. Pada program ini, Cikal bekerja sama dengan tempat atau sekolah lain untuk mengajak anak-anak berkenalan, mengenal budaya, dan bermain bersama.
Pada masa pandemi Covid-19, kegiatan ini dilkakukan secara daring bersama sekolah-sekolah dari daerah lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Pada kegiatan ini, anak diajak untuk saling memperkenalkan budaya masing-masing dengan cara bermain menggunakan bahasa daerah tersebut,” ujarnya.
Sejak dini, anak-anak sudah berupaya dilibatkan dan diajak untuk membangun interaksi dengan teman-teman sebayanya yang berbeda budaya. Tujuannya untuk mengenal orang lain dan mengasah empatinya terhadap sesama.
“Hal ini penting dikembangkan karena anak adalah bagian dari warga dunia yang berdaya mengharuskan mereka berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain. Dengan memiliki karakter empati, anak akan lebih mudah menerima dan diterima di lingkungannya dengan baik,” jelas Ina.