REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Relasi merupakan suatu hubungan yang melibatkan minimal dua pihak yang berbeda. Dalam konteks relasi dalam perkawinan, hubungan yang terjadi adalah hubungan dua pribadi yang berbeda untuk bersama-sama membangun dan mencapai tujuan bersama.
Demikian hasil penelitian yang dilakukan Santi Delliana dalam disertasi Doktornya di Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakarta. Dengan menggunakan Teori Dialektika Relasional dari Leslie Baxter dan Barbara Montgomery, ia menjalani sidang promosi doktor Ilmu Komunikasi.
"Selain pembahasan penelitian berdasarkan empat asumsi teori, ditemukan satu tambahan asumsi untuk melengkapi proses relasi dalam hubungan," ujar Santi dalam sidang promosinya. "Ketika dua atau lebih berelasi, maka proses adaptasi pasti terjadi."
Dalam disertasi berjudul 'Komunikasi Seksual, Dialektika Relasional Pasangan Suami Isteri' ini, proses adaptasi menyangkut lima hal pokok. Pertama, adaptasi terhadap kebutuhan. Relasi berangkat dari sebuah kebutuhan personal, entah kebutuhan sosial, kebutuhan ekonomi dan masih banyak lagi. Kedua, adaptasi terhadap harapan. Dalam suatu relasi, pribadi yang terlibat pastilah memiliki harapan akan sesuatu dan dalam semua aspek kehidupan.
Ketiga, adaptasi terhadap kehendak. Dua pribadi yang berelasi pasti memiliki kehendak personal. Tiap kehendak ini dipertemukan untuk menjadi kehendak bersama. Keempat, adaptasi terhadap kebiasaan baik budaya dan perilaku. "Manusia lahir dalam lingkungan yang membentuk perilaku dan budaya secara unik," tulis dosen tetap Ilmu Komunikasi di Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis ini.
Yang kelima, adaptasi terhadap pemahaman akan sesuatu hal. Tentu tiap pribadi memiliki pemahaman dan pengertian akan sesuatu hal dalam hidup secara berbeda. Kualitas adaptasi dan berhasil atau gagalnya adaptasi yang akan menentukan apakah relasi akan menjadi relasi yang harmonis atau justru disharmoni.
Namun dalam menjalin suatu hubungan, menurut Santi, selalu ada permasalahan yang terjadi dalam perjalanan membangun hubungan yang baik. Permasalahan ini bisa berbentuk tensi atau kontradiksi dari kedua belah pihak. "Akan tetapi kontradiksi ini bisa terselesaikan apabila ada strategi komunikasi atau perbaikan yang bisa dijalankan demi menyatukan kembali sebuah hubungan," ujar peraih predikat cumlaude ini.