REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus pilek bergejala berat pada anak tampak mengalami peningkatan yang signifikan di Amerika Serikat. Peningkatan kasus ini dinilai berkaitan dengan perkembangan sistem imun anak yang tak optimal akibat lockdown dan pembatasan aktivitas sosial di masa pandemi Covid-19.
Menurut laporan terbaru, peningkatan kasus pilek berat pada anak terjadi di berbagai kota Amerika Serikat, termasuk Chicago dan New York. Kasus-kasus pilek berat ini tampak berkaitan dengan dua virus yang paling sering menyebabkan pilek, yaitu rhinovirus dan enterovirus.
"Lebih banyak anak dengan kasus yang berat membutuhkan perawatan rumah sakit dan ICU," ungkap direktur pengobatan kedaruratan anak Mount Sinai Beth Israel, Dr Czer Anthoney Lim, seperti dilansir Fox News, Senin (19/9/2022).
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada banyak virus pernapasan yang bisa menyebabkan pilek. Namun, dari semua virus-virus tersebut, yang paling sering memicu pilek adalah rhinovirus.
Di sisi lain, enterovirus juga bisa menyebabkan pilek dan memiliki banyak tipe. Akan tetapi, sebagian besar tipe ini biasanya hanya memicu gejala ringan.
Rhinovirus dan enterovirus diketahui lebih banyak menyebabkan pilek di musim panas dan gugur. Virus-virus ini juga umumnya menyebabkan infeksi pada anak karena sebagian besar orang dewasa telah memiliki kekebalan terhadapnya.
Menurut Dr Natalie Lambajian-Drummond, kemunculan kasus pilek berat pada anak berkaitan dengan tidak terbentuknya imunitas anak terhadap virus-virus penyebab pilek. Salah satu yang mungkin menjadi pemicunya adalah lockdown dan restriksi di masa pandemi Covid-19.
Karena imunitas tersebut tak terbentuk, sebagian anak kecil yang terkena pilek akibat paparan virus tertentu bisa mengalami gejala yang lebih berat. Menurut Dr Lambajian-Drummond, kelompok anak yang paling rentan terhadap risiko pilek berat adalah anak berusia di bawah lima tahun.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Dr Lim. Menurut Dr Lim, berbagai restriksi dan terbatasnya interaksi tatap muka di masa pandemi Covid-19 menyebabkan berkurangnya paparan penyakit-penyakit ringan dan umum pada anak.
Padahal, paparan tersebut turut berperan dalam membangun sistem imun bawaan pada anak. Tentunya, menurut Dr Lim, peningkatan kasus pilek berat pada anak mungkin dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain pandemi Covid-19, peningkatan kasus pilek berat juga dapat didorong oleh enterovirus D68 dan menurunnya kekebalan bawaan.
Kemungkinan Covid-19
Kasus yang dianggap orang tua sebagai "pilek berat" juga bisa saja sebenarnya Covid-19. Seperti diketahui, saat ini varian omicron dan turunannya lebih sering memunculkan gejala saluran pernapasan atas yang mirip seperti pilek. Dr Marc Siegel mengatakan cukup sulit untuk membedakan gejala infeksi omicron dengan gejala infeksi virus-virus pilek, terutama pada anak.
"Ketika masker tak diwajibkan dan anak mulai berinteraksi lebih banyak, kita mulai melihat lebih banyak infeksi seperti ini muncul di luar musimnya, sebagian ringan dan sebagian lebih berat," jelas Dr Siege.