REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencermati kebiasaan buang air besar (BAB) merupakan hal yang perlu dilakukan karena bisa menjadi langkah awal mendeteksi kondisi kesehatan serius. Salah satunya, tanda-tanda kanker yang bisa dideteksi dari kebiasaan BAB.
Dokter umum Sarah Jarvis menyarankan setiap orang untuk mengawasi kebiasaan buang air besar agar tahu kapan harus memeriksakan diri. Direktur klinis di Patientaccess.com itu menyebutkan perlunya mencermati frekuensi BAB hingga konsistensi kotoran.
Jarvis mengutip sebuah studi yang mengungkap bahwa 98 persen orang buang air besar antara tiga kali sehari dan tiga kali sepekan dalam kondisi normal. Sebagian besar orang cenderung buang air besar pada waktu yang hampir sama.
"Beberapa kondisi medis, seperti penyakit radang usus atau penyakit divertikular, dapat menyebabkan sering buang air besar. Tetapi, jika tidak ada kondisi medis mendasar yang secara langsung memengaruhi usus, ada banyak faktor yang berhubungan dengan pola makan dan gaya hidup," kata Jarvis.
Salah satu penentunya adalah aktivitas fisik. Aktif bergerak dapat membantu merangsang peristaltik, yakni gerakan terkoordinasi dari cincin otot di sekitar usus yang mendorong makanan melalui sistem pencernaan. Selain baik untuk kebugaran, aktif secara fisik juga dapat membantu BAB teratur.
Kondisi kesehatan secara keseluruhan berperan pada konsistensi kotoran. Berdasarkan pedoman "Bristol Stool Chart" ada tujuh jenis kotoran yang tergantung pada berapa lama waktu pemrosesannya di usus.
Tipe satu berupa benjolan keras yang terpisah. Tipe dua menggumpal dan seperti sosis. Tipe tiga berbentuk sosis dengan retakan di permukaan. Tipe empat seperti sosis atau mengular dengan tekstur halus dan lembut. Tipe lima berupa gumpalan lunak dengan tepi yang jelas.
Tinja tipe enam punya konsistensi lembek dengan tepi tidak rata. Tipe tujuh konsistensinya cair tanpa potongan padat. Menurut pedoman, tipe satu dan dua menandakan sembelit, tipe tiga dan empat adalah kotoran ideal, sedangkan tipe lima hingga tujuh menunjukkan diare.