Senin 31 Oct 2022 03:24 WIB

Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Penting Bagi Tumbuh Kembang Anak

Secara umum, ayah kurang terlibat dalam pengasuhan anak dibandingkan ibu.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Seorang ayah dan anaknya. Keterlibatan ayah terbukti memiliki dampak positif terhadap tumbuh kembang anak.
Foto: EPA PHOTO/PHOTOMIG/Oleg ZAKHAROV
Seorang ayah dan anaknya. Keterlibatan ayah terbukti memiliki dampak positif terhadap tumbuh kembang anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian terkini dari Auckland University of Technology (AUT) di Selandia Baru mengungkap pentingnya keterlibatan sosok ayah dalam pengasuhan anak. Keterlibatan itu terbukti memiliki dampak positif terhadap tumbuh kembang anak.

Riset dilakukan atas permintaan Kementerian Pembangunan Sosial Selandia Baru serta NZ Work Research Institute (NZWRI). Laporan yang baru saja dirilis tersebut menggunakan data dari kelompok kelahiran Growing Up in New Zealand (GUiNZ).

Baca Juga

Studi longitudinal GUiNZ memberikan berbagai informasi yang mendukung analisis keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak. Beberapa poin termasuk jumlah cuti yang diambil ayah, keterlibatan langsung dalam pengasuhan anak sehari-hari, dan frekuensi kegiatan berkualitas.

Rincian data lain dalam GUiNZ memungkinkan para peneliti untuk mengeksplorasi hubungan antara keterlibatan ayah di tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Begitu juga perkembangan kognitif, fisik, dan psikologis anak di kemudian hari.

Temuan utama dari studi AUT menunjukkan bahwa sebagian besar ayah Selandia Baru mengambil cuti orang tua selama dua pekan atau kurang. Kebanyakan ayah mengambil cuti orang tua lebih sedikit daripada yang sebenarnya mereka inginkan.

Terungkap pula bahwa secara umum, ayah kurang terlibat dalam pengasuhan anak dibandingkan ibu. Namun, sebagian besar ayah (71 persen) berpendapat bahwa pembagian tanggung jawab pengasuhan anak tersebut sudah adil. Ada 56 persen ibu yang memiliki pendapat sama.

Hasil lain dari studi AUT yakni rata-rata ayah yang mengambil lebih banyak cuti ternyata tidak lebih terlibat dalam pengasuhan anak, juga tidak memberikan kualitas pengasuhan yang lebih tinggi. Selain itu, ada perbedaan etnis dalam kuantitas dan kualitas keterlibatan ayah.

Para peneliti mengatakan bagian soal etnis harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena ukuran sampel yang kecil untuk ayah non-Eropa. Dibandingkan dengan pria Eropa, ayah dari suku Māori dan Pasifika lebih terlibat dalam aktivitas pengasuhan anak.

Suku Māori adalah penduduk asli asal Polinesia yang tinggal di Selandia Baru. Sementara ayah yang merupakan penduduk Kepulauan Pasifik atau Pasifika cenderung melakukan aktivitas pengasuhan berkualitas tinggi, seperti bermain gim dan membaca buku bersama anak.

Meskipun tidak ada hubungan yang jelas antara lama cuti ayah dan hasil perkembangan anak, tetap ada hubungan positif antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan sehari-hari dan kondisi tumbuh kembang anak. Dampak itu yakni pengembangan bahasa dan keterampilan motorik terpantau lebih baik, serta tingkat masalah perilaku yang lebih rendah.

Direktur NZWRI dan profesor ekonomi AUT, Gail Pacheco, mengatakan laporan itu menyoroti cara ayah di Selandia Baru menyikapi pengasuhan anak dan mengungkap bahwa keterlibatan itu bermakna. Pacheco kurang sepakat jika cuti paternitas digunakan sebagai satu-satunya ukuran keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak.

"Karena sebagian besar ayah mengambil cuti melahirkan kurang dari dua pekan, ukuran ini tidak menggambarkan realitas keterlibatan ayah dan, secara signifikan, dampak keterlibatan itu pada kehidupan anak-anak mereka," kata Pacheco, dikutip dari laman Scoop, Ahad (30/10/2022).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement