REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Krisnadwipayana (Unkris) melalui dukungan hibah pendanaan dari Kemendikbudristek kategori Pengabdian kepada Masyarakat Kompetitif Nasional dengan skema program kemitraan masyarakat, melakukan pendampingan pembentukan koperasi bagi petani kopi di Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kegiatan yang dilakukan Juni-Desember 2022 tersebut bertujuan memperbaiki sistem pemasaran komoditas kopi petani Kampung Pasir Angling, sehingga berdampak positif bagi kesejahteraan para petani.
Tim Unkris diketuai Wakil Dekan 1 Fakultas Teknik Ali Khumaidi, dengan anggota Wadek 3 Fakultas Ekonomi Iwan Kurniawan Subagja dan Fajar Cahyo Utomo Kaprodi Manajemen Fakultas Ekonomi Fajar Cahyo Utomo.
"Kampung Pasir Angling yang berada pada ketinggian sekitar 1.550 meter di atas permukaan laut merupakan daerah penghasil kopi jenis Arabika dengan kualitas yang bagus. Namun kualitas kopi yang bagus tersebut belum secara signifikan memberikan tingkat kesejahteraan pada para petani kopi," ujar Ali Khumaidi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (11/12/2022).
Menurut Ali, salah satu penyebabnya adalah sistem perdagangan yang masih dikuasai oleh para tengkulak, dengan harga yang sangat murah. "Sehingga kesejahteraan petani masih kurang," jelas dia.
Suburnya praktik tengkulak kopi tersebut, lanjut Ali, dipicu oleh pengelolaan keuangan para petani yang masih ala kadarnya. Akibatnya para petani sering meminjam uang kepada tengkulak dengan menjual hasil kopinya yang belum tiba masa panen. "Sistem ijon, yakni menjual hasil panen sebelum masanya membuat harga kopi menjadi murah."
Padahal, sambung Ali, para petani di Kampung Pasir Angling sebenarnya telah merespons berbagai program pemerintah baik berupa budidaya lahan maupun pelatihan pembuatan produk. "Ketika produk kopi melimpah dengan kualitas yang bagus, di sisi lain belum dibarengi dengan sistem pemasaran yang baik," ucapnya.
Akibatnya, Ali menambahkan, setelah melakukan berbagai program pendampingan budidaya kopi, hasil panen menjadi melimpah namun tidak serta merta menambah tingkat kesejahteraan petani kopi. "Ini disebabkan sistem pemasaran yang kurang baik.”
Karena itu, untuk membantu petani kopi membangun pasar yang lebih baik, tim dari Unkris melakukan pendampingan pendirian koperasi termasuk pengelolaan dan sistem pendanaannya. "Koperasi menjadi bentuk usaha yang tepat untuk menjadi wadah bisnis bagi para petani kopi di kampung ini,” kata Fajar Cahyo Utomo.
Melalui koperasi yang diberi nama Koperasi Keluarga Taman Bincarung, Fajar berharap petani kopi bisa memperluas sistem pemasaran produk sekaligus mengelola keuangan. Jenis usaha koperasi Keluarga Taman Bincarung adalah koperasi produksi dan simpan pinjam.
Selain mendampingi pembentukan koperasi, tim Unkris juga memberikan pelatihan capacity building dalam pengelolaan produk dan peningkatan nilai ekonomis, membangun Sistem Informasi Koperasi (SIKOP) yang memudahkan pengelolaan operasional, pelatihan branding, desain untuk pemasaran produk, membangun Sistem Informasi Keuangan Sederhana (SIMKS), pelatihan pembuatan proposal, presentasi dan character building untuk pengurus dan pelatihan capacity building terkait penyusunan, sosialisasi, dan implementasi aturan koperasi.
Wadek 3 FE Unkris Iwan Kurniawan Subagja menyampaikan pentingnya para dosen terjun ke masyarakat untuk memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, seperti halnya yang dilakukan tim dosen Unkris terhadap petani kopi di kampung Pasir Angling. "Sebagai akademisi, kita harus memberikan kontribusi positif bagi masyarakat karena Unkris tentu tidak ingin menjadi menara gading yang hanya indah dilihat tapi kurang memberi manfaat bagi masyarakat sekitar," kata Iwan.
Iwan mengatakan, tim Unkris yang terjun dalam kegiatan pengabdian masyarakat di Kampung Pasir Angling tersebut melibatkan dosen-dosen dari berbagai program studi dan mahasiswa sebagai bagian dari implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Di tempat terpisah, Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Unkris Susetya Herawati menyatakan, keterlibatan dosen dari berbagai fakultas dengan latar belakang keilmuan yang berbeda pada program pengabdian masyarakat di Kampung Angling Pasir desa Suntenjaya memungkinkan solusi yang ditawarkan kepada masyarakat menjadi lebih komprehensif. "Dengan latar belakang keilmuan yang berbeda, maka program yang dibuat pun menjadi saling melengkapi," tegasnya.
Herawati berharap dosen-dosen lain juga membuat program bersama dalam pengabdian masyarakat dengan melibatkan para mahasiswa.