Selasa 03 Jan 2023 09:33 WIB

Indra Bekti dan Sentilan Perrito di Puss in Boots

Mengorbankan kesehatan bukan cara tepat mencapai kemapanan finansial.

Sakitnya Indra Bekti menjadi pelajaran bagi semua orang di masa produktif. Foto ilustrasi Indra Bekti.
Foto: Republika
Sakitnya Indra Bekti menjadi pelajaran bagi semua orang di masa produktif. Foto ilustrasi Indra Bekti.

Oleh : Reiny Dwinanda, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Sakitnya presenter kondang Indra Bekti dapat menjadi pelajaran bagi semua orang, terutama yang berada di usia produktif. Bekti pingsan di toilet lokasi siarannya pada Rabu (28/12/2022) lalu. Belakangan diketahui penyebabnya ialah pendarahan otak.

Bekti kabarnya sudah merasakan pusing selama dua pekan. Dua hari sebelum pingsan, dia sempat memeriksakan diri ke dokter.

Menurut sang istri Aldila Jelita, Bekti memiliki jadwal yang padat sehingga waktu tidurnya kurang. Bekti bahkan disebut sempat tidak tidur. Padahal, kurang tidur bisa menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Ketika mengalami hipertensi, risiko kena strok, dan pendarahan otak pun meningkat.

Di Indonesia, hipertensi merupakan penyakit yang prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Bekti, menurut Indy Barens yang juga sahabatnya, telah mengidap tekanan darah tinggi setahun terakhir.

Tantangannya, orang yang mengidap hipertensi biasanya tidak akan merasakan keluhan kesehatan. Gejala baru muncul ketika sudah terjadi kerusakan organ, entah itu jantung, ginjal, atau otak. Itulah yang membuat orang perlu mengecek tensinya secara berkala.

Di usia produktif, wajar jika banyak orang gas poll untuk bekerja. Bekti-- yang mengaku sepi job selama dua tahun pandemi-- belakangan kembali sibuk hingga mengorbankan hak tubuhnya untuk beristirahat.

Versi lebih fatal dari terlampau sibuk bekerja bisa dilihat dari sejarah warga Jepang. Di sana, ada istilah "karoshi" yang artinya "meninggal akibat kelelahan bekerja". Karoshi bisa terjadi menyusul stres yang memicu strok ataupun serangan jantung.

Sementara itu, studi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) pada 2021 mengungkap pada 2016 ada 745 ribu orang meninggal akibat strok dan penyakit jantung iskemik. Dua penyebab kematian itu terkait dengan kebiasaan bekerja setidaknya 55 jam dalam sepekan.

Mengorbankan kesehatan demi kerjaan jelas bukan cara tepat untuk mencapai kemapanan finansial. Kalau sampai jatuh sakit, sakit berat, tentu ujungnya produktivitas yang terimbas dan pundi-pundi yang telah dikumpulkan menjadi terkuras.

Saya jadi teringat "cerita klasik" tentang orang-orang yang semasa muda harus berjuang untuk bisa makan enak. Sayangnya, begitu punya kemampuan untuk membeli makanan terendeus di restoran termahal, mereka sudah harus diet ketat demi menjaga gula darah, asam urat, atau kolesterolnya.

Pelajarannya, kita selayaknya menjalani hidup dengan sebaik mungkin seraya menikmati serta mensyukuri setiap fasenya. Kalau Anda sempat menonton film animasi Puss in Boots: The Last Wish, pesan serupa itu pasti menempel di kepala begitu keluar bioskop.

Puss ternyata tak perlu punya banyak nyawa untuk menjadi hebat dan menjadikan hidupnya bermakna. Sebagai kucing yang dikisahkan sudah mati delapan kali, Puss diingatkan oleh Perrito untuk menghargai nyawanya yang tinggal satu alih-alih berburu keajaiban demi ekstra nyawa.

Cara Perrito, anjing kumal tak bertuan, dalam merespons pahit getir kehidupan terasa sangat menyentil. Dunia Perrito yang dianggap Puss begitu menyedihkan justru tak terasa demikian oleh kawan barunya itu. Kembali ke dunia nyata, kita cuma hidup satu kali. Penting bagi kita untuk mengupayakan hidup seimbang.

Menjaga pola makan, aktif bergerak, memastikan tubuh cukup istirahat, mendengarkan sinyal bahaya yang dipancarkan tubuh, menjaga kesehatan mental, dan memperkuat hubungan kita dengan-Nya ataupun sesama manusia, termasuk di antara cara menjaga keseimbangan itu. Buat Bekti dan orang-orang yang tengah berjuang sembuh, semoga dimudahkan pengobatannya dan lekas sehat ya!

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement