Selasa 17 Jan 2023 15:40 WIB

Makan Fast Food Berlebihan Bisa Ganggu Fungsi Hati

dapat menyebabkan penyakit hati berlemak non-alkohol.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Makan fast food atau makanan cepat saji dapat mengganggu fungsi hati. (ilustrasi)
Foto: Flickr
Makan fast food atau makanan cepat saji dapat mengganggu fungsi hati. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun terjangkau dan nyaman, makanan cepat saji (fast food) berpotensi merusak kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Dalam jangka pendek, makanan ini diketahui berpotensi menyebabkan lonjakan gula darah, meningkatkan tekanan darah, dan berkontribusi pada gangguan makan.

Dalam jangka panjang, konsumsi makanan cepat saji secara konsisten dapat meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2. Sekarang juga telah ditemukan bahwa jenis makanan ini dapat menyebabkan penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD).

Baca Juga

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Clinical Gastroenterology and Hepatology menemukan hubungan antara makanan cepat saji dan NAFLD, terutama pada mereka yang mengalami obesitas atau diabetes. Untuk peserta dengan obesitas atau diabetes, kadar lemak hati mereka meningkat secara signifikan jika seperlima dari diet harian mereka mengandung makanan cepat saji.

Bagi mereka yang tidak memiliki kondisi ini, jumlah makanan cepat saji harian yang sama meningkatkan lemak di hati dalam jumlah sedang. Jika makanan cepat saji berkontribusi 20 persen pada diet harian, ini dapat menyebabkan penumpukan lemak sedang hingga parah di organ hati.

Temuan menjadi penting karena menurut penulis utama studi Ani Kardashian ini adalah salah satu studi pertama yang secara khusus menghubungkan makanan cepat saji dan penyakit hati berlemak. Para peneliti mengumpulkan informasi mereka dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional 2017-2018.

Peneliti secara khusus menarik kuesioner 4.000 peserta yang telah memasukkan pengukuran perlemakan hati mereka. Kemudian peneliti membandingkan kesehatan hati mereka dengan konsumsi makanan cepat saji secara teratur.

Penulis penelitian mengklasifikasikan makanan cepat saji sebagai makanan yang dapat diperoleh seseorang dari drive-thru atau di restoran tanpa staf menunggu, termasuk pizza. Penulis menemukan, 52 persen peserta sesekali mengonsumsi setidaknya beberapa makanan cepat saji. Sebanyak 29 persen dari konsumen tersebut mendapatkan 20 persen atau lebih kalori harian mereka dari makanan cepat saji.

Hal yang cukup menarik, konsumen makanan cepat saji yang mengonsumsi makanan ini setidaknya seperlima dari kalori mereka adalah satu-satunya peserta survei yang melihat peningkatan lemak hati. Sayangnya, terlalu banyak lemak yang disimpan di hati dapat menyebabkan penyakit hati berlemak non-alkohol, istilah yang berlaku untuk banyak kondisi hati.

Menurut Mayo Clinic, ini adalah bentuk paling umum dari penyakit hati kronis yang terjadi di Amerika Serikat. Tapi bagaimana tepatnya makanan cepat saji menyebabkan kelebihan lemak di hati?

Jawabannya terletak pada lemak trans. Menurut sebuah laporan yang diterbitkan di Nutrition & Diabetes, asam lemak trans berkontribusi pada jumlah lemak yang lebih tinggi yang disimpan di hati. Jenis lemak ini adalah yang bisa ditemukan di margarin, pizza beku, makanan olahan yang dipanggang, dan fast food. Atau sering kali disebut "minyak terhidrogenasi parsial".

Studi terkontrol acak berbeda yang dipresentasikan pada Kongres Hati Internasional 2022 di London menemukan bahwa diet rendah karbohidrat yang juga tinggi lemak sehat sebenarnya dapat membantu mengurangi lemak hati. Namun, ini didasarkan pada lemak sehat, seperti yang ditemukan pada kacang-kacangan, salmon, alpukat, atau minyak zaitun, bukan lemak trans, yang ditemukan pada makanan cepat saji

Penelitian lain termasuk studi nutrisi yang mengevaluasi efek perubahan nutrisi pada NAFLD berdasarkan jenis nutrisi juga menggarisbawahi korelasi antara konsumsi lemak trans dan kemungkinan mengembangkan NAFLD. "Lemak yang diproses tinggi seperti lemak trans atau bahkan lemak jenuh tidak sehat bagi tubuh seperti lemak tak jenuh," kata Lane.

Banyak orang tidak selalu bisa menghindari sepenuhnya fast food dari pola makan mereka. Meski begitu, moderasi adalah kuncinya. Peserta studi yang hanya sesekali makan fast food terkadang tidak memengaruhi lemak di organ lever mereka.

Sedangkan mereka yang makan fast food secara teratur mengalami peningkatan lemak hati, yang pada akhirnya meningkatkan risiko NAFLD. Untuk merawat hati dan mencegah penumpukan terlalu banyak lemak, coba batasi konsumsi makanan cepat saji untuk kesenangan sesekali. Fokuslah menjaga diet seimbang semaksimal yang Anda bisa. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement