REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polusi udara saat ini menjadi perhatian serius. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2022, ada tujuh juta kematian prematur terjadi karena polusi udara. Kematian prematur yang dimaksud adalah kematian yang terjadi sebelum usia rata-rata kematian pada populasi tertentu.
Dari data WHO, sebanyak 47 persen penyakit yang ditimbulkan dari polusi udara adalah penyakit paru-paru. Untuk perinciannya, yakni 34 persen dari penyakit jantung koroner, 20 persen strok, 21 persen infeksi paru, 19 persen penyakit paru obrstruktif kronik (PPOK), dan tujuh persen kanker paru.
“Banyak orang yang tidak menyadarinya. Mereka sudah menjalankan hidup sehat, istirahat cukup, olahraga, tidak merokok. Tapi mereka bisa terkena penyakit itu yang ternyata ada kaitannya dengan polusi udara,” kata Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI dan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Prof dr Agus Dwi Susanto, dalam media briefing bertema 'Polusi Udara dan Dampaknya pada Kesehatan', yang digelar secara daring pada Kamis (19/1/2023).
Polusi udara sebagian besar terjadi di luar ruangan, meskipun ada juga yang terjadi di dalam ruangan, misalnya masak menggunakan kompor, emisi dari bahan elektronik, atau asap rokok. “Kalau di dalam ruangan paling banyak berasal dari asap rokok. Sedangkan di luar ruangan biasanya dari kendaraan dan emisi industri,” ujarnya.
Dia mengatakan, polusi udara ada yang bersifat alami dan manufaktur (ulah manusia). Yang bersifat alami, misalnya gunung meletus, kebakaran hutan, dan sumber air panas. Sementara yang bersifat manufaktur, contohnya emisi kendaraan, pembakaran sampah, atau dari industri. Sementara itu, sumber polusi udara berasal dari gas dan partikel.
Agus mengatakan, ada empat sumber polusi yang berbahaya, yakni particulate matter (PM), ozone, nitrogen oxide (NOx), dan sulfur dioxide (Sox). Untuk dampaknya bergantung pada sifat sumber polusi udara, mulai dari peradangan hingga sesak napas.
"Untuk yang gas, bisa menyebabkan iritasi ke peradangan, seperti sox, nox, dan ozone. Untuk yang partikel juga bisa menyebabkan iritasi dan peradangan, seperti PM dan volatile organic compounds (VOC).
Sementara yang gas bersifat asfiksian bisa menyebabkan sesak karena kekurangan oksigen,” kata Agus. Akumulasi dari berbagai bahan berbahaya bisa menimbulkan efek pada manusia, hewan, dan tumbuhan.