Kamis 22 Jun 2023 15:44 WIB

Heboh Jilid IV: Pilih Tim atau Pemain

Masyarakat mau menonton timnas Argentina atau Lionel Messi?

Pemain muda timnas Argentina Alejandro Garnacho (kanan) diadang gelandang timnas Indonesia Ivar Jenner di tengah pengawasan Asnawi Mangkualam yang terus memburunya sepanjang laga FIFA Matchday di SUGBK, Senin (19/6/2023).
Foto: EPA-EFE/MAST IRHAM
Pemain muda timnas Argentina Alejandro Garnacho (kanan) diadang gelandang timnas Indonesia Ivar Jenner di tengah pengawasan Asnawi Mangkualam yang terus memburunya sepanjang laga FIFA Matchday di SUGBK, Senin (19/6/2023).

Oleh: Guntur Soekarno, Ketua Dewan Ideologi DPP PA-GMNI

Kedatangan tim nasional Argentina hingga artikel ini ditulis masih membuat gonjang-ganjing masyarakat Indonesia, khususnya para pecinta sepak bola. Betapa tidak, Argentina yang punya reputasi setinggi langit dan berkaliber dunia akan bertanding melawan kesebelasan PSSI yang hanya berada di peringkat 149 persepakbolaan dunia.

Secara logika sudah dapat diperkirakan bagaimana hasilnya, kecuali ada mukjizat dari langit. PSSI kebanggaan Indonesia pastilah tak berdaya dan kalah melawan raksasa dunia tersebut.

Akan tetapi masalahnya bukan kalah atau menang. Melainkan pengalaman yang amat berharga tersebut diharapkan dapat mengembalikan masa emas PSSI pada tahun-tahun 50-60-an. Ketika itu PSSI benar-benar sangat diperhitungkan dalam dunia sepak bola dunia khususnya, di Asia.

Hanya kesebelasan-kesebelasan kelas dunia yang dapat membekuk batang leher PSSI. Seperti, misalnya, kesebelasan nasional Yugoslavia, Uni Soviet, dan beberapa kesebelasan dari Amerika Latin yang penulis lupa. Termasuk juga beberapa kali bermain imbang melawan kesebelasan nasional Korea Utara.

Kekuatan PSSI ketika itu terutama dikarenakan pendidikan watak dan jiwa bangsanya sangat tinggi sehingga membuat rasa Patriotisme para pemain sangat tinggi. Tidak satupun dari mereka bila menang mengharapkan adanya imbalan berupa materi. Selain itu rasa solidaritas internal antarpemainnya sangat kuat, sehingga disiplin internal kesebelasan menjadi sangat kuat,tak mudah patah semangat walaupun mengalami kekalahan.

Hal tersebut di atas dapat terwujud berkat dukungan terutama pelatih Tony Pogacnik dari Yugoslavia yang khusus ditugasi oleh Presiden Josip Broz Tito atas permintaan Presiden Sukarno. Juga diadakannya undangan kepada klub-klub sepakbola luar negeri secara rutin berdampak memperkuat mutu PSSI kala itu.

Beberapa klub-klub sepak bola luar negeri yang datang bertanding dengan PSSI maupun klub-klub daerah seperti Persija, Persib, bahkan Persebaya dan lain sebagainya antara lain yang penulis ingat adalah Arian Gymkhana dari India. Kemudian ada Spartak Moscow, Dynamo Moscow dari Uni Soviet, juga kesebelasan nasional Yugoslavia. Mereka datang beruntun untuk bertanding di Indonesia rasa-rasanya setiap triwulan sekali. Paling sering bertanding di Stadion Ikada (Ikatan Atletik Jakarta) juga di Surabaya, Makassar.

Ada pengalaman khusus yang barang kali jarang terjadi di pertandingan manapun di dunia, yaitu ketika kesebelasan Dynamo Moscow datang ke Indonesia. Mereka antara lain bermain di Surabaya. Kesebelasan tersebut mempunyai seorang center forward andalan yang bernama Bubukin dengan tendangan “maut” yang amat keras. Berkali-kali gawang Persija bobol karena tendangan “maut” Bubukin yang walaupun bola sudah tertangkap dengan baik oleh tangan penjaga gawang Wilhelm Gotfried Parengkuan, namun karena demikian kuat dan kerasnya tendangan bola selalu lolos dari tangan Parengkuan.

Kejadian yang paling spektakuler terjadi di Surabaya ketika tendangan Bubukin mengarah ke gawang Persebaya disangga oleh kepala pemain andalan Persebaya Sidhi yang langsung jatuh pingsan untuk beberapa saat.

Perhatian Presiden dan Wakil Presiden

Menurut pengalaman penulis baik presiden maupun wakil presiden di era itu selalu hadir bila ada pertandingan dengan klub luar negeri. Biasanya presiden melakukan tendangan kehormatan untuk membuka jalannya pertandingan dan di saat jeda turun main yang bersangkutan selalu mengunjungi para pemain Indonesia di ruang ganti pakaian untuk memberikan support moril kepada para pemain. Sejauh pengamatan penulis di era reformasi ini hal-hal tersebut di atas tidak dilakukan lagi.

Saat ini pamor PSSI dan boleh dikatakan seluruh cabang olahraga di Indonesia tidak sehebat serta sekuat tempo dahulu walaupun sudah ditopang dengan pemberian bonus bagi para atlet-atletnya, apakah itu sepak bola, bulu tangkis, atletik dan seterusnya dan seterusnya.

Rasa-rasanya untuk dapat mencapai standar kualitas seperti di era Orde Dasar, Orde Baru, harus dilakukan bongkar pasang total di seluruh cabang olahraga Indonesia, khususnya PSSI. Apakah itu U-20 ataupun U-22.

Bila kita tinjau dari kacamata pikiran-pikiran dan ajaran-ajaran Bung Karno mengenai dunia olahraga, maka jelas yang bersangkutan berpendapat dunia olahraga tidak dapat dipisahkan dari politik. Hal ini adalah sebuah tesis dari pikiran Bung Karno di bidang olahraga. Dari sudut pandang yang demikian maka tentunya ada yang salah urus secara politis di bidang olahraga Indonesia.

Ada baiknya menpora saat ini memantau secara terus dan menerus hal tersebut dan segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk memperbaikinya sebelum dunia olahraga kita mengalami dekadensi.

Contoh lain yang tidak masuk akal penulis adalah absennya megabintang sepak bola dari Argentina Lionel Messi ke Indonesia ternyata telah membuat kekecewaan yang sangat mendalam dan parah kepada penggemar-penggemar sepak bola di Indonesia. Yang tadinya bersemangat setinggi langit mendengar “jago”-nya absen langsung patah semangat ke dasar bumi.

Sebenarnya penggemar-penggemar sepak bola kita itu ingin menyaksikan kesebelasan kaliber dunia Argentina bertanding di Indonesia ataukah ingin melihat Lionel Messi bermain sepak bola di NKRI ini?

Bila saja kita rajin mengikuti berita-berita di media massa, seperti TV, suratkabar, dan lain-lain, jelas diberitakan khalayak yang kecewa berbondong-bondong mengembalikan tiket yang sebenarnya sudah sold out dan efek sampingnya adalah timbulnya calo-calo dadakan untuk membeli karcis tersebut dengan harga seenak udelnya.

Kalau saja sebenarnya penggemar sepak bola Indonesia tujuannya adalah hanya perlu menonton kebolehan Lionel Messi bermain sepak bola, undang saja maestro tadi sorangan wae untuk bermain di U20 melawan U-22. Selesai urusan!

Saking penasarannya penulis melihat fenomena di atas terus terang tanpa ragu penulis menghubungi pakar sepak bola kita yang juga Dubes Indonesia untuk Singapura, Suryopratomo dan bertanya bagaimana duduk persoalan yang sebenarnya mengapa Lionel Messi “batal” hadir.

Jawabannya enteng dan jelas, yaitu saat ini adalah masa cuti Lionel Messi untuk urusan sepak bola. Karena saat ini Lionel Messi sedang bersantai-santai dengan keluarganya yang sering ditinggal karena urusan sepak bola.

Bravo! Kalau begitu sebaiknya undang saja Lionel Messi ke Bali atau Labuan Bajo.

Beres seluruh urusan!!

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement