Selasa 31 Oct 2023 17:10 WIB

Bukan Teori, Ilmuwan Ingatkan Perubahan Iklim Ancaman Nyata Bagi Kehidupan di Bumi

Perubahan iklim menyebabkan cuaca yang kian ekstrem dan ganas dari yang diprediksi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Perubahan iklim menimbulkan ancaman yang nyata bagi kehidupan di bumi.
Foto: www.freepik.com
Perubahan iklim menimbulkan ancaman yang nyata bagi kehidupan di bumi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan mengungkapkan bahwa perubahan iklim menimbulkan ancaman eksistensial bagi kehidupan di Bumi. Hal ini diungkap dalam sebuah asesmen terkait rekor panas dan cuaca ekstrem tahun ini, yang dinilai lebih ganas dari yang diperkirakan.

"Kenyataannya, kita dikejutkan oleh keganasan peristiwa cuaca ekstrem pada tahun 2023. Kita perlu bersiap karena saat ini kita memasuki periode yang belum pernah dipetakan sebelumnya,” kata koalisi penulis internasional dalam laporan baru yang diterbitkan dalam jurnal BioScience.

Baca Juga

Para ilmuwan mengatakan bahwa umat manusia tidak mampu membatasi emisi gas rumah kaca (GRK), yang menyebabkan pemanasan global mencapai titik rekor. Penilaian yang memberatkan ini muncul hanya sebulan menjelang negosiasi iklim COP28 PBB yang akan diselenggarakan di Uni Emirat Arab.

"Kita harus mengubah perspektif kita mengenai keadaan darurat iklim dari sekedar isu lingkungan yang terisolasi menjadi sebuah ancaman eksistensial yang sistemik," ujar salah satu penulis laporan sekaligus direktur Potsdam Institute for Climate Impact Research, Johan Rockstrom seperti dilansir Phys, Selasa (31/10/2023).

Kenaikan suhu sekitar 1,2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri telah memicu berbagai bencana dan konsekuensi yang merugikan. Tahun ini juga merupakan awal dari fenomena cuaca El Nino yang menghangat. Copernicus Climate Change Service dari Uni Eropa menyatakan bahwa tiga bulan hingga September merupakan periode terpanas yang pernah tercatat, dan kemungkinan merupakan periode terpanas dalam kurun waktu 120 ribu tahun.

Rockstrom menambahkan, ada banyak rekor terkait iklim dipecahkan dengan margin yang sangat besar pada tahun 2023. Terutama suhu di lautan, yang telah menyerap hampir semua kelebihan panas yang disebabkan oleh polusi karbon manusia. “Suhu permukaan laut yang tercatat benar-benar di luar perkiraan dan para ilmuwan belum dapat sepenuhnya menjelaskan alasannya,” kata dia.

Dampak yang mungkin terjadi adalah ancaman terhadap kehidupan laut dan terumbu karang serta peningkatan intensitas badai tropis yang besar. Orang-orang di seluruh dunia telah menghadapi gelombang panas dan kekeringan tahun ini, sementara banjir besar telah melanda AS, Cina dan India dan sekitarnya.

Di Kanada, rekor kebakaran hutan yang sebagian terkait dengan perubahan iklim melepaskan lebih banyak karbon dioksida daripada total emisi gas rumah kaca tahun 2021 di negara tersebut, demikian laporan peneliti.

Sementara itu, Target Perjanjian Paris yang lebih ambisius yaitu 1,5 derajat Celcius akan diukur dalam beberapa dekade. Namun, penulis utama sekaligus profesor di Oregon State University, William Ripple, mengatakan bahwa dunia mungkin akan memasuki periode di mana suhu tahunan akan mencapai tingkat tersebut atau lebih tinggi, yang berisiko menimbulkan bahaya dari lingkaran umpan balik iklim dan titik kritis.

"Setelah dilewati, titik kritis ini dapat mengubah iklim kita dengan cara yang mungkin sulit atau tidak mungkin untuk dibalikkan," kata Ripple.

Hal ini dapat mencakup mencairnya lapisan es di Greenland dan Antartika Barat, mencairnya lapisan es yang luas, dan matinya terumbu karang secara luas. Guna memperlambat kerusakan, para peneliti mengajak semua pihak untuk melakukan aksi nyata guna mengurangi emisi dan membatasi kenaikan suhu global.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement