Kamis 28 Dec 2023 22:32 WIB

Spanyol akan Tutup Seluruh PLTN di 2035

Para pebisnis di Spanyol diklaim sudah melobi perpanjangan penggunaan PLTN.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Pembangkit listrik tenaga nuklir (ilustrasi)
Foto: EPAEPA-EFE/RONALD WITTEK
Pembangkit listrik tenaga nuklir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spanyol mengkonfirmasi bahwa mereka akan melanjutkan rencana untuk menutup semua pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pada tahun 2035. Rencana ini dilakukan dengan mempresentasikan langkah-langkah energi termasuk perpanjangan tenggat waktu untuk proyek-proyek energi terbarukan dan penyesuaian lelang energi terbarukan.

Menurut pemerintah Spanyol seperti dilansir Reuters, Kamis (28/12/2023), pengelolaan limbah radioaktif dan pembongkaran PLTN akan dimulai pada tahun 2027. Adapun biayanya, diperkirakan mencapai 22,4 miliar dolar dan akan dibiayai oleh sebuah dana yang didukung oleh para operator PLTN.

Baca Juga

Masa depan pembangkit listrik tenaga nuklir di Spanyol, yang menghasilkan sekitar seperlima listrik untuk negara ini, merupakan isu hangat selama kampanye pemilu. Para pebisnis dilaporkan telah melakukan lobi-lobi untuk memperpanjang penggunaan PLTN. Partai oposisi konservatif People’s Party (PP) juga telah berjanji untuk membatalkan rencana penghentian tersebut.

Sikap garis keras Spanyol ini muncul pada saat sektor energi nuklir Eropa sedang menikmati kebangkitan kecil. Belakangan ini, terdapat dukungan untuk tenaga nuklir di tengah transisi ke bahan bakar karbon, serta dorongan baru untuk meningkatkan keamanan energi setelah krisis energi global yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina.

Pemerintah dan badan-badan di Eropa yang sebelumnya menentang energi nuklir, kini mulai merangkul energi nuklir. Mereka menyebut energi nuklir sebagai pemain penting dalam upaya elektrifikasi dan dekarbonisasi global.

Dalam satu kasus monumental, partai hijau (Green Party) Finlandia memberikan suara yang sangat besar pada tahun 2022 untuk mengkategorikan tenaga nuklir sebagai bentuk energi berkelanjutan setelah beberapa dekade mendapat tentangan keras. Sepertiga listrik Finlandia dihasilkan oleh tenaga nuklir. Sementara itu, warga Jerman dan Jepang telah menjadi lebih terbuka terhadap tenaga nuklir.

"Saya sangat senang dan bangga. Ini adalah momen bersejarah dalam sejarah gerakan hijau, karena kami adalah partai hijau pertama di dunia yang secara resmi melepaskan diri dari anti-nuklir," kata Tea Tormanen, seorang anggota pemungutan suara dan ketua Savonia/Karelia Viite, kelompok internal partai yang pro-sains, tak lama setelah pemungutan suara.

Energi nuklir dipandang sebagai sumber energi yang lebih baik daripada kembali menggunakan batu bara. Menurut kelompok anti-nuklir yang berbasis di Belanda, WISE, pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan 117 gram emisi CO2 per kilowatt-jam, jauh lebih rendah dibandingkan dengan pembakaran lignit yang mengeluarkan lebih dari 1.000 gram CO2 per kilowatt-jam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement