REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Aktivis iklim mengkritik pernyataan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan tentang upacara Tumpek Uye dan Segara Kerthi. Luhut sebelumnya menyatakan bahwa kedua upacara tersebut menjadi bukti kepedulian Indonesia terhadap air dan lingkungan.
Indonesia Team Lead Interim di kelompok aktivis iklim 360.org, Firdaus Cahyadi, mengatakan pernyataan Luhut hanya untuk menutupi kebijakan-kebijakan pemerintah selama ini yang berpihak pada investor dalam merusak alam termasuk sumber daya air.
"Itu kontradiktif. Karena pemerintah melalui beberapa kebijakan ekonomi-politik nampak tidak peduli terhadap lingkungan hidup dan penyelamatan sumber daya air," kata Firdaus saat dihubungi Republika, Ahad (19/5/2024).
Ia menjelaskan bahwa kearifan lokal seperti Tumpek Uye dan Segara Kerthi justru menunjukkan bahwa masyarakat di akar rumput memiliki pengetahuan dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Namun menurut dia, upacara itu tidak bisa digeneralisasi dan diklaim sebagai bentuk kepedulian negara terhadap alam dan sumber daya air.
Pasalnya, kata Firdaus, sering kali pengetahuan dan kearifan lokal itu dihancurkan oleh kegiatan-kegiatan industri ekstraktif. Ini merupakan industri yang memperoleh bahan bakar langsung dari alam, semisal pertambangan.
"Ironisnya, pemerintah justru memberikan ruang bagi industri ekstraktif itu dengan mengatasnamakan menarik investasi," kata Firdaus.
Sebelumnya, dalam rangkaian pembukaan World Water Forum (WWF) ke-10 di Kura-kura Bali pada Sabtu (18/5/2024) Luhut mengatakan bahwa upacara Tumpek Uye dan Segara Kerthi menjadi bukti bahwa Indonesia sangat peduli terhadap sumber air, lingkungan dan alam.
"Beberapa orang berpikir bahwa kami tidak peduli terhadap lingkungan. Ketika Anda menghadiri dan menyaksikan langsung upacara ini, Anda bisa melihat bagaimana kita peduli terhadap air, lingkungan, dan perubahan iklim, juga menghormati alam dan hewan," kata Luhut saat memberikan sambutan.
Diketahui, upacara Tumpek Uye dirayakan setiap enam bulan sekali atau sesuai dengan penanggalan kalender Bali yang jatuh pada setiap Sabtu Kliwon Wuku Uye. Makna dari upacara ini adalah sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada binatang karena dapat membantu kehidupan manusia. Adapun Segara Kerthi merupakan wujud rasa syukur serta menjaga harmonisasi alam dengan menyucikan air hingga sumber air.