Rabu 12 Jun 2024 18:00 WIB

Sekjen PBB Ajak Negara-Negara Tinggalkan Bahan Bakar Fosil

Kenaikan suhu bumi di atas dari 1,5 derajat Celcius akan menimbulkan berbagai masalah

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara pada KTT ASEAN-PBB di JCC, Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara pada KTT ASEAN-PBB di JCC, Jakarta, Kamis (7/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengajak negara-negara di dunia untuk semakin meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil. Menurut dia, ada sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk melakukan aksi tersebut.

Dalam pidatonya, ia memperingatkan bahwa kesuksesan dan kegagalan dalam upaya membatasi kenaikan suhu bumi 1,5 derajat Celsius akan ditentukan pada tahun 2020-an. Menurut dia, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi promosi terhadap produk bahan bakar fosil. “Saya mendesak setiap negara untuk melarang iklan dari perusahaan bahan bakar fosil,” kata Guterres di New York seperti dikutip dari BBC, Rabu (12/6/2024) .

Baca Juga

Menanggapi hal tersebut, perwakilan dari industri bahan bakar fosil mengatakan mereka berkomitmen untuk mengurangi emisi mereka. “Industri kami fokus untuk terus menghasilkan energi yang terjangkau dan dapat diandalkan sambil mengatasi tantangan iklim, dan setiap tuduhan yang bertentangan adalah salah,” kata Wakil Presiden Senior Komunikasi di American Petroleum Foundation Megan Bloomgren.

Pada tahun 2018, sekelompok ilmuwan internasional melaporkan kenaikan suhu bumi di atas dari 1,5 derajat Celcius akan menimbulkan berbagai masalah. Guterres mengatakan, untuk menghentikan peningkatan suhu bumi ia ingin melihat lebih banyak aksi politik dan "tindakan keras" pada industri bahan bakar fosil.

Data badan iklim Uni Eropa menunjukkan suhu udara di setiap bulan pada 12 bulan terakhir menembus rekor tertinggi. Tingginya suhu udara didorong perubahan iklim akibat aktivitas manusia dan fenomena El Nino. Data menunjukkan tingginya emisi gas rumah kaca membawa kenaikan suhu bumi mendekati 1,5 derajat Celsius.

Naiknya suhu udara mencairkan es di Artik dan Antartika yang menaikan tinggi permukaan laut, menyebabkan banjir di daerah pesisir dan kepulauan. Perubahan iklim juga mengakibatkan gelombang panas, kekeringan dan badai yang lebih sering terjadi dan lebih dahsyat.

Organisasi Meteorologi PBB (WMO) mencatat tahun lalu merupakan tahun terpanas sejak pencatatan suhu bumi tahunan dilakukan. WMO mengatakan kemungkinan tahun ini rekor tersebut akan kembali terpecahkan.

Guterres mengatakan ia ingin melihat aksi untuk melindungi manusia dan alam dalam 18 bulan ke depan. Ia ingin penggunaan bahan bakar fosil dihapuskan, pohon-pohon dilindungi dan tidak ditebang serta lebih banyak energi terbarukan.

Energi terbarukan merupakan sumber energi dari alam yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. Pemanasan global disebabkan pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas yang menaikan suhu atmosfer bumi.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement