Rabu 10 Jul 2024 11:10 WIB

Pulau-Pulau di Yunani Alami Krisis Air Jelang Musim Panas

Pihak berwenang melarang pengisian ulang kolam renang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Kekeringan (ilustrasi)
Foto: Foxnews
Kekeringan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NAXOS -- Waduk terbesar di Pulau Naxos, Yunani, mengering dan hanya berguna bagi kura-kura untuk berenang di perairan dangkal yang berlumpur. Di bagian hilir, air laut merembes ke dalam sumur-sumur irigasi yang kosong, merusak tanaman kentang yang sangat berharga di pulau itu.

Lebih jauh ke selatan, di Pulau Karpathos, pihak berwenang melarang pengisian ulang kolam renang. Sementara, pemerintah mencari mencari unit desalinasi untuk membuat air laut dapat diminum di Pulau Thasos.

Baca Juga

Dalam beberapa bulan terakhir, sebagian besar wilayah Yunani hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak diguyur hujan. Kini, ketika pulau-pulau di negara itu bersiap untuk menjadi tuan rumah bagi turis musim panas, pasokan air justru semakin sedikit.

"Telah terjadi kekurangan curah hujan yang intens di seluruh Mediterania dan khususnya di Naxos, waduk-waduk permukaan kami kosong," kata wali kota pulau itu, Dimitris Lianos, Selasa (9/7/2024).

Setiap tahun terdapat jutaan turis yang berkunjung ke Yunani untuk menikmati situs-situs kuno, pantai-pantai yang masih asri dan perairan biru kehijau-hijauan. Namun, dampak perubahan iklim, termasuk suhu yang lebih tinggi, curah hujan yang tidak menentu, dan kebakaran hutan mengancam masa depan penggerak ekonomi terbesar di negara itu.

Tahun ini terasa sangat berat. Yunani mengalami musim dingin terpanas yang pernah tercatat, kebakaran hutan yang mulai terjadi lebih awal, beberapa di antaranya terjadi di daerah yang biasanya bersalju.

Sedikitnya enam turis, termasuk presenter televisi terkenal asal Inggris, Michael Mosley, meninggal bulan lalu saat gelombang panas melanda negara tersebut. Para ahli iklim khawatir hal terburuk masih akan terjadi.

Koordinator observatorium kekeringan Eropa dan global dari Copernicus Emergency Management Service, Andrea Toreti mengatakan ketika dampak kekeringan mulai terlihat, maka sudah terlambat untuk mengambil tindakan.

"Kita harus menghindari berpikir dalam mode darurat, (sebaliknya) melihat pada pencegahan dan kesiapsiagaan," kata Toreti.

Kekurangan air terlihat jelas di Naxos, pulau bergunung-gunung berpenduduk 20.000 jiwa di salah satu bagian Laut Aegea yang paling populer dan kering. Setiap hari selama musim panas, puluhan ribu turis berduyun-duyun datang ke pantai Pulau Naxos.

Dua waduk di pulau ini menampung 220.000 meter kubik air yang dapat digunakan, sepertiga dari tingkat tahun lalu dan setara dengan beberapa lusin kolam renang Olimpiade.

Pihak berwenang mendapatkan tiga unit desalinasi portabel yang akan mengolah air laut agar aman untuk diminum, dan menurut walikota Lianos, hal ini akan menutupi kekurangan air untuk rumah, hotel, dan kolam renang.

Namun, para petani tidak akan menerima air yang telah diolah dan harus bergantung pada sumur yang telah terkontaminasi akuifer air laut. Para petani mengatakan kontaminasi ini terjadi ketika sumur-sumur tersebut cukup kosong sehingga air asin merembes masuk.

Seorang petani, Stelios Vathrakokoilis, menanam kentang Naxos yang terkenal dan sangat disukai di Yunani karena rasanya yang seperti mentega dan dilindungi dari peniruan di bawah aturan Uni Eropa. Ia mengatakan hasil panennya akan berkurang lebih dari separuhnya tahun ini karena air irigasi yang asin.

"Ini adalah kekecewaan besar karena kita sebagai manusia tidak berhasil mengantisipasi perubahan iklim yang akan mengetuk pintu rumah kita juga," kata Vathrakokoilis di ladangnya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement