Sabtu 27 Jul 2024 18:18 WIB

Megawati dan Teladan Kenegarawanan di Tengah Krisis Kepemimpinan

Megawati sosok negarawan yang konsisten gawangi demokrasi

Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri Megawati sosok negarawan yang konsisten gawangi demokrasi
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri Megawati sosok negarawan yang konsisten gawangi demokrasi

Oleh : Iskandar Mirsad, Pengasuh Lingkaran Soekarnois Sepuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Dr H Hamzah Haz. B.Sc Wakil Presiden RI ke-9 tutup usia pada Rabu pagi 24 Juli 2024. Berpulangnya sosok negarawan santun dan karismatik ini tentu menghadirkan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia, tidak terkecuali bagi Presiden ke 5 RI Megawati Soekarnoputri.

Hamzah Haz dalam Pandangan Megawati, boleh dibilang sebagai salah satu tandem sezaman yang memperjuangkan reformasi dan sama-sama berduet ketika memimpin pemerintahan di tahun 2001-2004. Keduanya bahu membahu mengawal Indonesia di awal masa reformasi dan saling melengkapi satu sama lain.

Baca Juga

Megawati total telah kehilangan tiga negarawan sejaman terbaik bangsa setelah sebelumnya ditinggal pergi oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Baharudin Jusuf Habibie.

Situasi ini tak elak membuat orang bertanya-tanya. Mampukah Megawati memandu republik ini dengan contoh-contoh kenegarawanan seorang diri?

Pertanyaan tersebut sebenarnya muncul dari sahabat saya sendiri beberapa waktu lalu. Sahabat yang lahir ketika Presiden Soekarno baru “purna” dari jabatannya, dan tumbuh dewasa di zaman Orde Baru.

Ia tak berpartai, tidak juga terlihat sebagai seorang Sukarnois. Ia hanyalah kaum sarungan biasa yang menilai Megawati sebagai satu-satunya negarawan yang tersisa sebagaimana bunyi pertanyaan di atas.

Saya cenderung setuju dengan pertanyaannya. Siapapun yang memiliki pikiran jernih dalam menilai perjalanan demokrasi bangsa akan menilai Megawati sebagai sosok negarawan sejati. Kendati Bu Mega bukan satu-satunya negarawan yang tersisa, namun dalam konteks piramida kepemimpinan nasional beliau layak diposisikan sebagai negarawan tertinggi.

Karakter negarawan yang diperlihatkan oleh Megawati terekam baik oleh zaman. Ada dua contoh penting yang perlu kita lihat sebagai parameter untuk mengukur betapa Bu Mega memiliki itikad kuat dalam membangun peradaban demokrasi secara konsisten. Hal ini tidak berubah apakah ketika Bu Mega sedang berkuasa, ataupun ketika dirinya berada di luar kekuasaan.

Pertama, sebagai pemimpin, Megawati senantiasa mendasarkan kepentingan kolektif bangsa, dan bukan model kuasa yang mengkavling dan mengkapitalisasi struktur kekuasaan. Lihatlah bagaimana model kepemimpinan ketika berdampingan dengan Hamzah Haz dulu.

Keduanya hanya fokus pada kepentingan besar dan membawa Indonesia melepaskan diri dari ketergantungan pihak asing (IMF) dan mengembalikan harmonisme bangsa setelah bertahun-tahun sebelumnya dirundung konflik sebagaimana terjadi di berbagai daerah.

Contoh kedua ada pada Pemilu 2004 yang menjadi perhelatan nyata bahwa Megawati tidak berposisi sebagai pihak yang memanfaatkan kekuasaan negara sebagai alat untuk memuluskan kepentingan.

Sebagai penguasa tertinggi negeri, jelas bukan perkara sulit bagi Megawati untuk memanfaatkan seluruh instrumen yang ada di pemerintahan saat itu. Tapi nyatanya Bu Mega tidak melakukan itu. Ia bergeming dan maju sebagai petarung sejati.

Contoh lainnya yakni ketika dirinya dua kali mempromosikan Joko Widodo di arena Pilpres. Ia bahkan tidak menunjuk keluarganya sebagai pendamping (Wakil Presiden). Sesuatu yang sebenarnya dapat dengan mudah ia lakukan.

Pun demikian ketika dirinya menunjuk pasangan Ganjar-Mahfud dalam perhelatan Pilpres 2024. Ia tidak sedikitpun mempromosikan anak-anaknya. Megawati bukan pekarung. Ia adalah petarung.

Bu Mega memang bukan seperti kebanyakan orang. Tidak tebersit dalam alam pikirannya untuk mempergunakan sumber daya negara sebagai mesin pendulang suara dan mesin untuk melenggengkan kekuasaan. Telah begitu banyak contoh yang menunjukan bahwa Megawati meletakan kekuasaan tidak lebih dari amanah dari rakyat yang harus dijalankan dengan penuh tanggungjawab.

Megawati adalah manifestasi..

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement