Selasa 13 Aug 2024 09:36 WIB

Disindir Netizen Malaysia Jangan Marah, Faktanya Memang Pahit

Perolehan medali suatu negara bisa bercerita banyak soal kondisi ekonomi dan politik.

Bendera Merah Putih berkibar saat upacara penganugerahan medali juara nomor speed putra Olimpiade Paris 2024 di Le Bourget Climbing Venue, Paris, Prancis, Kamis (8/8/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Bendera Merah Putih berkibar saat upacara penganugerahan medali juara nomor speed putra Olimpiade Paris 2024 di Le Bourget Climbing Venue, Paris, Prancis, Kamis (8/8/2024).

Oleh Fitriyan Zamzami, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Dunia maya kembali dihangatkan dengan seteru yang sepertinya tak berkesudahan antara netizen Indonesia dan negara jiran Malaysia. Kritikan dari sebelah soal perolehan medali dibandingkan populasi negara Indonesia jadi pangkalnya.

Baca Juga

Tentu, saling goda antar saudara seperti ini bukan barang baru. Tapi mengapa kita marah? Jangan-jangan, pertanyaan dari tetangga yang berisik itu menjengkelkan karena dalam satu dan lain hal ia ada benarnya?

BACA JUGA: Heboh Cut Intan Nabila Dipukuli Suami, Benarkah Dibenarkan Islam?

Selama bertahun-tahun, atlet-atlet Indonesia membuktikan bahwa secara atletis mereka bisa melampaui atlet negara lain. Tahun ini, Veddriq Leonardo membuktikan atlet Indonesia bisa lebih cepat dari atlet-atlet negara digdaya. 

Ia memeroleh emas panjat tebing mengalahkan saingan dari Amerika Serikat dan Cina. Ia juga berulang kali memecahkan rekor, yang artinya, ia memang yang paling cepat di antara manusia-manusia dari berbagai bangsa yang bersaing di cabang yang ia geluti.

Sementara Rizky Juniansyah membuktikan, anak Indonesia tak kalah kuat dari bangsa-bangsa di dunia. Ia memenangkan medali emas angkat besi sekaligus memecahkan rekor angkatan pada kelasnya.

Artinya, secara kecepatan, kekuatan, dan kecerdasan, anak-anak Indonesia punya daya bersaing dengan bangsa manapun. Mengapa kemudian medali kita tak banyak di olimpiade?

Ternyata, atletisme semata memang tak cukup.

Peneliti Chandra Vanu Som dari Universitas Gandhinagar di India melansir makalah di jurnal Sport Sciences for Health terkait hasil penelitian yang menguji hipotesis bahwa semakin tinggi prestasi olahraga, semakin tinggi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu negara dan sebaliknya.

Ini ia simpulkan setelah membandingkan data medali yang diraih berbagai negara pada Olimpiade Musim Panas pada 2000, 2004, 2008, 2008 dan 2016 dan IPM negara-negara tersebut selama tahun olimpiade. Hasilnya menunjukkan bahwa korelasi positif yang cukup kuat antara prestasi olimpiade suatu negara dan IPM. 

photo
Perbandingan perolehan medali per sejuta populasi dan IPM negara-negara pada 2000. - (Sport Sciences for Health)

Mari tengok datanya untuk Indonesia. Pada Olimpiade Sydney 2000, Indonesia berada pada peringkat ke-38; mendapatkan satu emas, tiga perak, dan dua perunggu. Ini adalah salah satu capaian terbaik kontingen Indonesia. Bukan kebetulan, tahun-tahun sekitar olimpiade juga merupakan puncak tertinggi urutan IPM Indonesia. 

Setahun sebelum olimpiade, Human Development Report (HDR) yang diterbitkan setiap tahun oleh United Nations Development Programme (UNDP) mencatatkan IPM Indonesia berada di urutan ke-105 dunia. Sementara setahun setelah olimpiade, urutan IPM Indonesia lebih tinggi lagi pada urutan ke-102.

Sementara pada Olimpiade Athena 2004, Indonesia membawa pulang empat medali terdiri dari satu emas, satu perak, dan dua perunggu. Indonesia bertengger pada peringkat ke-48. Tahun itu, IPM Indonesia juga turun pada urutan ke-111.

Pada Olimpiade Beijing 2008, Indonesia naik ke posisi ke-42 dengan satu emas, satu perak, dan empat perunggu. IPM Indonesia kala itu juga naik dibandingkan pada 2004 pada urutan ke-107 dunia.

photo
Atlet angkat besi Indonesia Irawan Eko Yuli berlaga di nomor 62 kg putra di Grup A Olimpiade London 2012, Senin (30/7). Irawan Eko Yuli meraih medali perunggu yang sekaligus menjadi medali pertama bagi Indonesia di Olimpiade London 2012. - (REUTERS/Stefano Rellandini)

Pada 2011 terjadi penurunan tajam IPM di Indonesia. Indonesia anjlok dari urutan 108 dunia pada 2010 ke urutan 124 dunia. Ini tecermin dengan tepat pada Olimpiade London 2012. Indonesia anjlok ke urutan ke-60 dengan hanya membawa pulang 2 perak dan 1 perunggu tanpa emas satupun. 

Di Rio de Janeiro pada 2016, Indonesia memeroleh satu emas dan 2 perak, bertengger pada posisi ke-46. IPM Indonesia saat itu pada angka 111. Di Tokyo pada 2020, Indonesia ada pada posisi ke-55 dengan satu emas, satu perak, dan tiga perunggu. Pada tahun itu, IPM Indonesia tercatat pada urutan ke-111 dunia pada 72,8 poin merujuk Badan Pusat Statistik (BPS). 

Dari 2020 ke 2024, terjadi peningkatan tipis poin IPM Indonesia dari 72,8 poin ke 74,4 poin. Namun, posisinya di dunia turun ke posisi 112. Pada Olimpiade Paris 2024, Indonesia memang mendapat dua emas, tapi perolehan total hanya tiga medali dengan satu perunggu. 

Bagaimana kaitan prestasi olimpiade dengan populasi? baca halaman selanjutnya

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement