REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan menyatakan kinerja penerimaan dari sektor kepabean dan cukai mencapai nilai Rp 154,4 triliun atau tumbuh 3,1 persen secara tahunan (yoy). Hasil itu mendukung optimalnya anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga Juli 2024 yang diklaim terjaga baik.
Diketahui, pendapatan negara hingga Juli 2024 menyentuh angka Rp 1.545,4 triliun atau 55,1 persen dari target yang ingin dicapai. Sedangkan belanja negara mencapai Rp1.638,8 triliun atau terealisasi 49,3 persen dari pagu. Sehingga mencatatkan defisit APBN Rp 93,4 triliun, dengan kondisi ekonomi di angka 5,05 persen pada triwulan II/2024.
“Kinerja belanja APBN terus berfokus dalam memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, antara lain melalui pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, insfrastruktur, perlindungan sosial, energi, pertanian dan UMKM,” kata Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai, Encep Dudi Ginanjar dalam keterangan pers, dikutip Sabtu (17/8/2024).
Encep menjelaskan, dari sisi kepabeanan dan cukai, sampai dengan Juli 2024, Bea Cukai turut berkontribusi Rp 154,4 triliun lewat penerimaan bea masuk, keluar, dan cukai. Penerimaan bea masuk tercatat sebesar Rp29 triliun atau naik 2,1 persen (yoy), yang didorong penguatan kurs dolar AS dan pertumbuhan nilai impor.
Kemudian, bea keluar tercatat sebesar Rp 9,3 triliun atau naik 58,1 persen (yoy) karena faktor kebijakan relaksasi ekspor komoditas tembaga. Kenaikan juga terjadi di sektor cukai yang tercatat di angka Rp 116,1 triliun atau naik 0,5 persen (yoy) karena adanya kenaikan produksi utama hasil tembakau (HT) golongan II dan III, dan kenaikan tarif dan produksi minuman yang mengandung etil alkohol (MMEA) dalam negeri serta relaksasi penundaan pelunasan pita cukai.
Erwin melanjutkan, selain kinerja penerimaan, kinerja fasilitasi dan kinerja pengawasan DJBC hingga Juli 2024 juga menunjukkan hasil positif. Kinerja fasilitasi termasuk pemberian insentif kepabeanan tercatat sebesar Rp 20,6 triliun atau tumbuh 19,1 persen (yoy). Fasilitas kawasan berikat dan KITE memberikan dampak nilai ekonomi berupa ekspor sebesar 53,8 miliar dolar AS dan nilai investasi 2.045,2 juta dolar AS.
Selain itu, kinerja pengawasan pun menunjukkan peningkatan jumlah penindakan yang mencapai 21.707 kasus, dengan komoditas utama berupa hasil tembakau, MMEA, narkotika, psikotropika, dan prekursor (NPP), tekstil, dan besi baja.
“Capaian positif Bea Cukai dari seluruh sektor tidak lepas dari kontribusi masyarakat. Kami pun akan terus mengoptimalkan kinerja untuk tumbuh positif, sehingga mendorong APBN dalam menjadi motor penggerak stabilitas ekonomi nasional,” tuturnya.