Jumat 22 Nov 2024 08:07 WIB

50 Negara Tandatangani Deklarasi Pariwisata Berkelanjutan PBB

Industri pariwisata menyumbang 8,8 persen emisi gas rumah kaca dunia.

Rep: Lintar Satria/Reuters/ Red: Indira Rezkisari
Aktivis lingkungan dari Walhi Nasional melakukan aksi di depan Gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan, Jakarta, Senin (18/11/2024). Dalam aksinya mereka menuntut aksi nyata Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan dalam mengatasi situasi krisis iklim sekaligus memberikan keadlian bagi iklim di tengah perbincangan para petinggi negara dalam forum COP29 di Azerbaijan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Aktivis lingkungan dari Walhi Nasional melakukan aksi di depan Gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan, Jakarta, Senin (18/11/2024). Dalam aksinya mereka menuntut aksi nyata Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan dalam mengatasi situasi krisis iklim sekaligus memberikan keadlian bagi iklim di tengah perbincangan para petinggi negara dalam forum COP29 di Azerbaijan.

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Lebih dari 50 pemerintah menandatangani deklarasi PBB untuk memastikan pariwisata di seluruh dunia lebih ramah lingkungan. PBB memuji langkah ini sebagai pencapaian besar di Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP29) di Baku, Azerbaijan.

"Di COP29 kami meraih pencapaian bersejarah hari ini dengan turut masuk dalam Konferensi Agenda Tindakan Perubahan Iklim PBB untuk pertama kalinya," kata Direktur Eksekutif Pariwisata PBB Zoritsa Urosevic, dikutip Jumat (22/11/2024).

Baca Juga

Urosevic mengatakan industri pariwisata mencakup 3 persen Produk Domestik Bruto global dan sumber 8,8 persen emisi gas rumah kaca dunia.

Negara-negara yang menandatangani deklarasi Penguatan Aksi Iklim pada Pariwisata berjanji untuk mempertimbangkan pariwisata dalam rencana iklim mereka, seperti target pemangkasan emisi yang ditentukan sendiri (NDC). Pada Februari mendatang negara-negara akan mengajukan NDC terbaru mereka yang menjabarkan kebijakan-kebijakan untuk mengurangi emisi yang menyebabkan pemanasan global.

Bagi negara-negara berkembang pariwisata kerap menyumbang banyak pendapatan yang diperoleh dalam bentuk mata uang dari negara-negara dengan ekonomi yang kuat dan stabil. Tapi juga rentan terhadap bencana terkait iklim seperti badai, gelombang panas dan kekeringan.

"Kini kami memahami masa depan bisnis kami tergantung pada tindakan keberlanjutan kami hari ini," kata kepala administrasi badan pariwisata Azerbaijan Kanan Gasimov.

Deklarasi ini diikuti sejumlah inisiatif lain seperti kerangka kerja yang diajukan lembaga industri perhotelan, World Sustainable Hospitality Alliance. Inisiatif ini bertujuan mengukur dan melaporkan data seperti gas emisi, konsumsi air, limbah dan energi di sektor perhotelan.

CEO World Sustainable Hospitality Alliance Glenn Mandziuk mengatakan mengumpulkan data akan membantu industri pariwisata dan wisatawan memahami dampak mereka. "Kami adalah industri yang memiliki kepentingan dalam melindungi setiap destinasi, kami harus berdiskusi agar kami dapat memainkan peran yang lebih besar," kata Mandziuk di sela-sela pertemuan di Baku.

World Sustainable Hospitality Alliance mewakili 55 ribu hotel dengan total 7 juta kamar. Grup hotel-hotel besar seperti Accor, Hilton dan Marriot anggota aliansi ini. 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement