Selasa 17 Dec 2024 12:42 WIB

Negara Pro-Nuklir Nilai Target EBT Uni Eropa Tak Realistis Tanpa Tenaga Nuklir

Rencana transisi energi dari fosil ke energi bersih perlu melibatkan tenaga nuklir

Pembangkit Listrik Nuklir
Foto: wikipedia
Pembangkit Listrik Nuklir

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Target energi terbarukan baru Uni Eropa mendapat perlawanan dari negara-negara pro-nuklir. Mereka mengindikasikan tidak akan mendukung target yang tidak mengikutsertakan pembangkit listrik tenaga nuklir dalam rencana transisi energi.

Perbedaan pandangan di antara negara anggota Uni Eropa mengenai pembangkit listrik tenaga nuklir dan ketegangan politik terkait sumber energi menunda langkah-langkah baru blok tersebut untuk mengatasi lonjakan harga energi dan mempercepat transisi ke sumber energi rendah karbon.

Meskipun pembangkit listrik tenaga nuklir tidak menghasilkan karbon dioksida, sejumlah negara dan aktivis menilai limbah nuklir membuat energi ini tidak bisa dikategorikan sebagai energi bersih.

Dilansir dari Reuters, rencana Uni Eropa untuk menetapkan target energi terbarukan pada 2040 kembali memicu ketegangan. Ketegangan itu semakin terlihat setelah Komisi Eropa mengajukan target tersebut sebagai tambahan yang mengejutkan dalam penjelasan singkat Komisioner Energi Uni Eropa, Dan Jorgensen.

Menteri Energi Prancis, Agnes Pannier-Runacher, menyampaikan keprihatinan tersebut dalam pertemuan di Brussel yang dihadiri oleh 15 negara anggota Uni Eropa. Sebanyak 12 negara di antaranya merupakan bagian dari aliansi pro-nuklir.

"Mana yang lebih penting, memiliki target spesifik untuk energi terbarukan, di mana Anda bisa mengubah statistik dengan, misalnya, menutup pembangkit listrik tenaga nuklir? Atau targetnya adalah bebas bahan bakar fosil dan produksi energi bersih di Eropa?" kata Menteri Energi Swedia, Ebba Busch, Selasa (17/12/2024).

Seorang pejabat tinggi Uni Eropa menyebutkan bahwa negara-negara pro-nuklir memiliki cukup suara untuk menghalangi Uni Eropa meloloskan target energi terbarukan yang baru.

"Saya pikir jumlah suara kami cukup untuk menghalangi minoritas," ujar pejabat tersebut.

Namun, Komisioner Energi Uni Eropa Dan Jorgensen tetap bersikukuh. Menurutnya, energi terbarukan dan nuklir memiliki peran masing-masing dalam kebijakan energi Eropa, tetapi keduanya tidak boleh dicampur dalam satu target.

"Saya pikir ini adalah pendekatan yang bijak. Kami perlu menjaga definisi yang sudah ada dalam target energi terbarukan kami," kata Jorgensen dalam konferensi pers.

Austria dan Jerman termasuk negara yang menolak penggunaan nuklir dalam rencana transisi energi Uni Eropa. Kedua negara beralasan keamanan dan biaya yang lebih rendah dari pembangkit listrik tenaga surya serta angin.

Austria secara tegas menentang pembangkit listrik tenaga nuklir, sementara Jerman sudah berkomitmen untuk menutup seluruh reaktor nuklirnya. Sebaliknya, Prancis dan negara-negara Eropa Timur yang bergantung pada reaktor nuklir berencana memperluas penggunaan energi ini. Bagi mereka, nuklir merupakan salah satu solusi untuk memangkas emisi karbon di Eropa.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement