NUR HADI IHSAN
(Dosen Universitas Darussalam Gontor dan Alumni KPL Jatim Angkatan III Blitar)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Blitar, sebuah kota kecil yang menyimpan jejak sejarah besar, baru saja menjadi saksi perhelatan Kursus Pelatih Pembina Pramuka Tingkat Lanjutan (KPL) pada 14-20 Desember 2024. Di tengah dinamika zaman yang penuh tantangan, kegiatan ini menjadi oase bagi mereka yang ingin mendalami kembali nilai, filosofi, dan cita-cita luhur pendidikan kepramukaan.
Lebih dari sekadar kursus teknis, KPL ini adalah perjalanan reflektif untuk memahami bagaimana pendidikan kepramukaan dapat membangun manusia paripurna. Dilandasi semangat untuk menyiapkan generasi unggul menuju era Indonesia Emas, acara ini bukan hanya program pelatihan, melainkan sebuah perjalanan jiwa yang memupuk komitmen, dedikasi, dan integritas para pelatih Pramuka.
Kursus ini dibuka oleh Kak Rahmanayah, Wakil Ketua Kwarnas Bidang Binawasa, dengan sebuah presentasi yang sophisticated. Beliau tidak hanya berbicara tentang peluang dan tantangan pendidikan kepramukaan, tetapi juga mengurai secara filosofis jiwa, idealisme, dan cita-cita yang melandasi gerakan ini. Dalam presentasinya, Kak Rahmanayah menekankan bahwa pendidikan kepramukaan bukan sekadar transfer pengetahuan dan keterampilan, tetapi dan lebih dari itu adalah medium untuk menanamkan nilai-nilai luhur seperti kepemimpinan, tanggung jawab, amanah, kejujuran, dan cinta tanah air.
Gerakan Pramuka di Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Di tengah arus globalisasi yang menggerus identitas lokal, Pramuka hadir sebagai benteng moral sekaligus laboratorium karakter. Filosofi dasarnya, yang berakar pada kedisiplinan, gotong royong, dan rasa hormat terhadap sesama, menjadi landasan untuk menyiapkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh dalam karakter.
Pemilihan Blitar sebagai lokasi kursus bukanlah kebetulan. Kota ini adalah tempat Ir. Soekarno, Sang Proklamator, disemayamkan. Bung Karno adalah simbol perjuangan, pemikiran visioner, dan cinta tanah air yang tak tergoyahkan. Dalam salah satu agenda kursus, peserta diajak mengunjungi Perpustakaan dan Museum Bung Karno, menyaksikan film dokumenter perjalanan hidup beliau, serta berziarah ke makamnya.