Jumat 27 Dec 2024 13:55 WIB

Dampak Krisis Iklim: Terjadi Puluhan Hari Terpanas Sepanjang 2024

Sejumlah negara mengalami panas ekstrem selama 150 hari atau lebih.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Panas ekstrem (ilustrasi). 2024 menjadi tahun terpanas dalam sejarah.
Foto: www.freepik.com
Panas ekstrem (ilustrasi). 2024 menjadi tahun terpanas dalam sejarah.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dua organisasi yang fokus pada penelitian perubahan iklim dan dampaknya terhadap cuaca ekstrem, World Weather Attribution (WWA) dan Climate Central, mengungkapkan rata-rata hari terpanas tahun ini bertambah 41 hari. Mereka juga mengatakan perubahan iklim memperburuk pola cuaca sepanjang 2024.

Sebelumnya, tahun 2024 sudah diperkirakan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Kepala WWA dan ilmuwan iklim Imperial College, Friederike Otto mengatakan temuan bertambahnya jumlah hari terpanas pada tahun ini tidak mengejutkan.

"Perubahan iklim memainkan peran dan kerap kali berperan besar di sebagian besar peristiwa yang kami pelajari, memicu panas, kekeringan, badai siklon, dan meningkatkan kemungkinan hujan deras dan lebih intensif di seluruh dunia, menghancurkan kehidupan dan mata pencaharian jutaan dan kerap kali tidak terhitung banyaknya," kata Otto, Jumat (27/12/2024).

Ia menambahkan, selama dunia masih membakar bahan bakar fosil, pemanasan global akan terus semakin memburuk. Jutaan orang mengalami panas yang menyengat tahun ini.

California Utara dan Death Valley terpanggang. Suhu siang hari yang mendesis menghanguskan Meksiko dan Amerika Tengah. Panas membahayakan anak-anak yang sudah rentan di Afrika Barat.

Lonjakan suhu udara di Eropa Selatan memaksa Yunani untuk menutup Acropolis. Suhu panas memaksa sekolah-sekolah di negara-negara Asia Selatan dan Tenggara ditutup sementara.

Bumi mengalami beberapa hari terpanas yang pernah diukur dan musim panas terpanas yang pernah ada, dengan rekor panas beruntun selama 13 bulan.

Untuk melakukan analisis panas, tim ilmuwan internasional membandingkan suhu harian di seluruh dunia pada tahun 2024 dengan suhu yang diperkirakan akan terjadi bila tidak ada perubahan iklim.

Perubahan iklim mengakibatkan sejumlah negara mengalami panas ekstrem selama 150 hari atau lebih. "Negara-negara termiskin dan paling tidak berkembang di planet ini adalah tempat yang mengalami kenaikan suhu paling tinggi," kata Wakil Presiden Ilmu Iklim di Climate Central Kristina Dahl.

Yang lebih buruk lagi, kematian akibat panas sering kali tidak dilaporkan. Otto mengatakan seharusnya manusia tidak meninggal akibat panas tapi memang banyak orang yang meninggal akibat panas ekstrem.

"Gelombang panas sejauh ini merupakan peristiwa ekstrem yang paling mematikan, dan ini adalah peristiwa ekstrem di mana perubahan iklim merupakan pengubah yang nyata," katanya.  

Para ilmuwan mengatakan tahun ini menjadi peringatan dunia semakin dekat dengan batas 1,5 derajat Celsius dari masa pra-industri yang ditetapkan di Perjanjian Paris. Bumi diperkirakan akan segera melewati batas itu, meski tidak dianggap melanggar perjanjian sampai pemanasan bertahan selama lebih dari satu dekade.

Peneliti mempelajari 29 peristiwa cuaca ekstrem tahun ini yang menewaskan setidaknya 3.700 orang dan memaksa jutaan lainnya mengungsi. Para peneliti menemukan 26 peristiwa cuaca ekstrem itu berkaitan erat dengan perubahan iklim.

Pola cuaca El Nino, yang menghangatkan Samudra Pasifik dan mengubah pola cuaca di seluruh dunia, membuat beberapa peristiwa ekstrem di awal tahun lebih mungkin terjadi. Namun, para peneliti mengatakan sebagian besar penelitian mereka menemukan perubahan iklim memainkan peran yang lebih besar daripada El Nino dalam memicu peristiwa cuaca ekstrem pada tahun 2024.

 

 

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement