REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN — Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, mengampanyekan Gerakan Sekolah Kelola Sampah di tingkat taman kanak-kanak/RA, sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, dan sekolah menengah pertama (SMP). Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan, Mabruri, mengatakan satuan pendidikan memiliki peran penting sebagai bagian dari organ pemerintah dalam pengelolaan sampah.
“Oleh karena itu, kami merasa terpanggil untuk berkontribusi dalam persoalan sampah di daerah karena pendidikan adalah pintu awal perubahan perilaku. Semua kepala sekolah berkomitmen untuk mendukung gerakan ini,” katanya, Senin (5/5).
Mabruri menjelaskan, sebagian besar sekolah sebenarnya sudah memiliki program pengelolaan sampah melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Namun, sejumlah tantangan masih dihadapi di lapangan, seperti keterbatasan lahan, anggaran, dan sumber daya manusia, terutama di tingkat TK/RA yang memerlukan pendekatan dan kesabaran khusus.
Saat ini, dua sekolah telah menjadi proyek percontohan, yakni SMP Negeri 8 dan SD Negeri Medono 8. Keduanya telah memiliki alat pembakar sampah (insinerator). SMP Negeri 8 menggunakan alat permanen, sementara SD Negeri Medono memakai drum modifikasi. Keduanya terbukti dapat mengurangi emisi asap secara signifikan.
“Jika alat ini bisa dibuat dengan biaya di bawah Rp 1 juta, maka besar kemungkinan seluruh SMP bisa memilikinya,” kata Mabruri.
Ia berharap gerakan ini dapat mendorong kolaborasi lintas sektor dalam pengelolaan sampah berbasis pendidikan, sekaligus memperkuat budaya lingkungan bersih dan sehat dari ruang kelas hingga ke masyarakat.
Wali Kota Pekalongan, Afzan Arslan Djunaid, mengapresiasi inisiatif sekolah-sekolah dalam mengelola sampah secara mandiri.
“Kegiatan ini merupakan bentuk nyata pencanangan gerakan pengelolaan sampah di sekolah. Kami akan mulai dari generasi TK, SD, dan SMP untuk membentuk budaya sadar memilah dan mengelola sampah,” ujarnya.
Pada acara pencanangan Gerakan Sekolah Kelola Sampah tersebut, turut dipamerkan karya daur ulang, berbagai inisiatif edukatif dari sekolah, serta peluncuran video edukasi dan program peningkatan kesadaran Blue Deal Indonesia-Belanda yang terkait isu banjir dan rob.