Oleh : Muhammad Arifin Ilham
Setelah `terusir' dari kenikmatan surga, Nabiyullah Adam mengalami ujian berat. Berpisah dengan Siti Hawa di tempat yang sangat asing. Menurut riwayat, Adam dibuang ke India, Hawa di Palestina.
Hal yang sama juga dialami Nabi Yunus AS. Tiga hari berada di perut ikan raksasa. Apalagi, semua armada kapal mengetahui setelah diundi namanya yang keluar sebagai penumpang yang harus dikorbankan di lautan. Di dalam perut ikan, Nabi Yunus AS diliputi rasa berdosa. Beliau yang telah meninggalkan dakwah itu pun mengalami `kesulitan hidup', berpisah dengan umat dan harus tertelan ikan besar.
Kesulitan akan selalu ada, termasuk manusia-manusia pilihan, yaitu nabi dan rasul. Bedanya, rasul dan nabi menyikapinya sebagai ibrah dan sarat pelajaran, sedangkan kita terkadang menambah jauh jarak kita dengan Allah, bahkan terkesan menyalahkan takdir-Nya. Bagi nabi dan rasul, kesulitan hidup mengukuhkan kedudukan. Bagi kita, kesulitan hidup memperburuk keadaan bahkan menjatuhkan kedudukan.
Kesulitan hidup ada yang datang karena ulah dari perbuatannya, tapi ada juga yang datang karena merupakan ujian dari Allah SWT. Bisa jadi sebagai teguran untuk mengingatkan, tapi bisa sebaliknya sebagai azab dan kutukan. Semoga saja kesulitan hidup yang kita alami bukan sebagai kutukan. Karena itu, jika ia adalah teguran untuk mengingatkan, inilah yang harus dilakukan supaya kesulitan hidup menjadi kenikmatan dan kebahagiaan hidup.
Pertama, tobat sungguh-sungguh dengan meminta maaf dan mengembalikan harta hasil kezalimannya (QS Al-Furqan: 70). Kedua, bertakwa kepada Allah dengan menegakkan semua perintah-Nya, baik yang wajib maupun yang sunah dan secara bersamaan meninggalkan semua laranganNya, baik yang haram maupun yang makruh ataupun syubhat (QS At-Thalaq: 2-3). Ketiga, perbanyak istighfar (QS Nuh: 10-12).
Nabi Adam terkenal dengan kalimat permohonan ampunnya, Rabbanaa zhalamnaa anfusana wa illam taghfirlanaa wa tarhamna lana kuunanna minal khasirin, `'Wahai Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami, jika tidak Engkau ampuni sungguh kami tergolong orang-orang yang merugi.'' Begitu juga, Nabi Yunus dengan doa dan istghfarnya, Laa ilaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minazh zhaalimin, `'Tiada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sungguh aku termasuk orangorang yang zalim.'' Keempat, sedekah (QS At-Thalaq: 8). Kelima, menolong saudara yang dalam kesulitan (QS Muhammad: 7). Keenam, selalu berdoa (QS Al-A'raf: 180). Ketujuh, jangan tinggalkan tahajud (QS Al-Isra: 79).
Kedelapan, senantiasa dalam keadaan berzikir, baik di hati, pikiran, lisan, ataupun perbuatan (QS AlAhzab: 41-44). Dan kesembilan, tawakal atau berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah segala-galanya sudah dilakukan (QS AtThalaq: 4). Wa Allahu A'lam.