REPUBLIKA.CO.ID, MADRID--Di awal musim, tidak ada yang menduga peran Diego Milito begitu sentral bagi tiga gelar juara yang diraih Inter Milan musim ini. Sebab, Pelatih Inter, Jose Mourinho, awalnya berencana memasangkan striker timnas Argentina ini dengan Zlatan Ibrahimovic, top skor seri A musim 2008/2009.
Milito membuat Mourinho kepincut karena mampu mencetak 24 gol, hanya satu gol lebih sedikit dibandingkan Ibra, di musim yang sama. Mourinho pun meminta pemilik Inter, Massimo Moratti untuk membeli Milito. Moratti menyetujui dan mendatangkan Milito satu paket dengan Thiago Motta dari Genoa.
Niat Mourinho urung terlaksana sebab Ibra memutuskan hengkang ke Barcelona. Sebagai gantinya, Mou mendapatkan Samuel Eto'o dari Barcelona. Namun kedatangan Eto'o justru menjadi berkah tersendiri bagi Inter dan Milito. "Saya kira kami bisa bermain dengan 4-4-2 dan 4-3-3 dengan kehadiran Eto'o," ucap Mourinho.
Awalnya Eto'o menjadi target man. Belakangan posisi itu beralih kepada Milito. Eto'o, bersama Goran Pandev, lebih banyak beroperasi di kedua sayap untuk menopang kinerja Milito.
Milito menjawab kepercayaan Mourinho dengan gol demi gol di pertandingan penting. Tidak terhitung berapa kali ia tampil sebagai dewa penyelamat yang memberikan Inter kemenangan.
Selalu cetak gol penting musim ini
Dari semua aksinya di lapangan hijau, fans Inter pastinya tidak akan melupakan aksi Milito di tiga pertandingan penting musim ini.
Pertama, di final Coppa Italia, 5 Mei, saat Milito mencetak gol tunggal yang membuat Inter menjinakkan AS Roma 1-0 di final sekaligus meraih gelar pertama. Sebelas hari berikutnya, satu gol Milito ke gawang Siena memastikan Inter meraih gelar scudetto seri A kelima secara beruntun. Inter kembali menyisihkan AS Roma sebagai rival terdekatnya.
Terakhir, dua gol Milito di menit ke-35 dan 70 membungkam Bayern Muenchen 2-0 di final Liga Champions di Santiago Barnabeu, Sabtu (22/5) waktu setempat. Dua gol ini menjadikan Milito sebagai pemain terbaik laga ini.
"Saya tidak pernah merasakan kebahagian seperti ini sebelumnya," ucap pemain yang akan berusia 31 tahun pada 12 Juni mendatang. "Presiden kami (Moratti) adalah orang pertama yang layak mendapatkan trofi ini. Begitu juga para suporter."
Ini adalah final Liga Champions pertama Inter sejak 1972. Inter terakhir memenanginya pada 1965. Inter mencatatkan sejarah sebagai tim Italia pertama yang berhasil meraih treble.
"Saya berusia 30 tahun dan harus menunggu lama untuk mendapatkan trofi ini," kata Milito yang membawa anaknya, Leandro, dalam perayaan gelar juara di Santiago Barnabeu. "Saya berterima kasih kepada Jose Mourinho dan presiden yang membawa saya ke Inter musim panas lalu. Kami memenangi tiga trofi dan musim depan kami menginginkan lagi."
Bastian Schweinsteiger, gelandang Muenchen, menyebut Milito sebagai sosok yang menentukan hasil akhir. Muenchen menguasai bola sepanjang laga namun Inter lebih efektif memanfaatkan peluang.
"Milito menjadi penentu. Gol pembuka lahir dari serangan balik klasik. Jelas kami menyesal karena tidak bisa memanfaatkan peluang-peluang, tapi Milito benar-benar sangat hebat dalam sentuhan akhir, sementara kami tidak," sesal Schweinsteiger.
Tugas Milito di Inter sudah selesai musim ini. Tugas baru menanti mantan pemain Real Zaragoza ini, yaitu mengantarkan Argentina di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Selain Milito, Argentina punya dua striker tajam di La Liga, Lionel Messi dan Gonzalo Higuain.