REPUBLIKA.CO.ID,KABUL--NATO menghadapi kemunduran besar di Afghanistan pada Selasa saat Gedung Putih memanggil Jenderal Amerika Serikat Stanley McChrystal untuk menjelaskan kecaman pada presiden dan penasehat utama dalam wawancara majalah. Dalam tulisan istimewa diterbitkan di "Rolling Stone", panglima 142.000 tentara asing di Afghanistan itu dinyatakan mengecam duta Amerika Serikat di Kabul, sementara pembantunya mengutuk Presiden Barack Obama dan mengejek wakilnya.
Perpecahan muncul di persekutuan 46 negara itu saat berusaha memadamkan perlawanan sembilan tahun Taliban, dengan utusan khusus Inggris memperpanjang cuti, korban meningkat dan laporan bahwa Amerika Serikat "tanpa sengaja" mendorong panglima perang. McChrystal, mantan kepala gerakan khusus, yang disegani, menikmati liputan menyenangkan sebagian besar media Amerika Serikat sejak mengambil alih pasukan pimpinan NATO pada tahun lalu dengan amanat dari Obama untuk melancarkan serangan besar terhadap pejuang.
Tapi tulisan itu tampak menjebaknya dan bawahannya pada saat rawan, yang memaksa permintaan maaf cepatnya. "Kesalahan itu mencerminkan penilaian buruk dan seharusnya tidak terjadi," katanya dalam pernyataan, "Saya sangat menghormati dan mengagumi Presiden Obama dan kelompok keamanan negaranya."
Dalam sosok "Rolling Stone", McChrystal bergurau "miring" tentang persiapan menjawab pertanyaan mengacu kepada Wakil Presiden Joe Biden, yang dikenal tak yakin akan siasat penglima itu dengan menggelar ribuan tentara lagi ke kemelut tersebut. Dia juga mengatakan kepada majalah itu bahwa ia merasa "dikhianati" Duta Besar Amerika Serikat untuk Kabul, Karl Eikenberry, dalam perbantahan Gedung Putih atas siasat perang pada tahun lalu.
Obama menyatakan McChrystal menunjukkan "penilaian buruk", tapi ketika ditanya apakah ia akan memecat McChrystal, presiden Amerika Serikat itu menyatakan ingin berbicara dengan jenderal tersebut di Gedung Putih, yang dijadwalkan berlangsung pada Rabu. Pemimpin Afghanistan Hamid Karzai mendukung McChrystal, dengan juru bicaranya menyebutnya "panglima terbaik" pasukan asing dalam perang hampir sembilan tahun di negara itu.
Pernyataan jenderal itu terungkap saat laporan Kongres Amerika Serikat pada Selasa menyatakan siasat perang Afghanistan dirusak pembayaran jutaan dolar (miliaran rupiah) kepada panglima perang untuk mengawal iringan pasokan ke lebih dari 200 pangkalan tentara Amerika Serikat di seluruh negeri tersebut.
Penyelidikan itu, berjudul Warlord, Inc (Perusahaan Panglima), menemukan bahwa kesepakatan 2,16 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar 21,6 triliun rupiah) untuk truk perbekalan ke pangkalan Amerika Serikat memicu kepanglimaan, pemerasan, dan korupsi serta mungkin menjadi sumber dana penting bagi pejuang.Kekacauan lebih lanjut muncul saat Inggris mengumumkan utusan khususnya untuk Afghanistan memperpanjang cuti, di tengah laporan bahwa ia bentrok dengan pejabat tentara mengenai siasat.
Sementara itu, serangan senjata ringan menewaskan seorang tentara NATO asal Inggris di Afghanistan selatan pada Selasa, tempat persekutuan tersebut menderita korban berat selama peningkatan gerakan.
NATO kemudian mengumumkan 10 tentaranya tewas dalam satu hari. Taliban mengatakan dalam pernyataan dikutip kelompok pemantauan Amerika Serikat SITE bahwa wanita Afghan melakukan serangan jibaku terhadap ronda tentara Amerika Serikat-Afghanistan di bagian timur negara itu, yang menewaskan 10 tentara negara adidaya tersebut.
Ini pertama kali Taliban secara terbuka mendaku wanita melancarkan serangan jibaku, yang kata mereka katakan dilakukan Halima di depan pusat kesehatan pada Senin di daerah Shigal, di propinsi Kunar, Aghanistan timur. Juga pada Senin, 10 tentara NATO tewas dalam serangan dan kecelakaan helikopter.
Jumlah korban meningkat adalah berita buruk di ibukota Barat, tempat pemimpin politik berada di bawah peningkatan tekanan dari masyarakat, yang tak mau menerima biaya atas perang di tempat jauh dan tampak tak berujung.
Sebagian besar Afghanistan selatan dilanda perlawanan Taliban, yang sekarang dalam tahap paling mematikan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001 mengusir penguasa garis keras dan memasang pemerintah dukungan Barat pimpinan Karzai. Tentara Amerika Serikat memperingatkan bahwa korban pasti meningkat saat pasukan asing berupaya mengusir pejuang dari Kandahar, pusat pemboman, pembunuhan dan pelanggaran hukum.
Penambahan tentara oleh Obama, gagasan McChrystal, akan membuat jumlah tentara NATO dan Amerika Serikat mencapai 150.000 pada ahir tahun ini sebelum dijadwalkan ditarik mulai tahun depan.