REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Perempuan di Amerika saat ini lebih banyak memilih untuk tidak memiliki anak. Berdasarkan riset dari Pew Research Center, persentasenya sebesar 20 persen. Hal ini berbeda saat tiga dekade lalu atau di tahun 1970-an yang hanya berkisar 10 persen. Data ini ditemukan dalam laporan yang didasarkan pada data dari Biro Sensus Penduduk.
Salah satu peneliti, D'Vera Cohn, mengatakan norma dan nilai tradisional sudah tidak dianggap sebagai tekanan sosial. “Tekanan sosial terhadap norma tradisional sudah berkurang dan diabaikan,” katanya. Yang lebih dominan adalah pilihan yang sifatnya individual. Akibatnya mereka tidak memiliki beban untuk tetap melajang dan tidak punya anak.
Saat ini, lanjutnya, perempuan sudah memiliki lebih banyak pilihan daripada masa lalu. “Mereka bisa membangun karir gemilang dan memilih untuk tidak memiliki anak,” katanya. Cohn mengatakan alasan lain kenaikan persentase tersebut adalah bahwa anak-anak dilihat sebagai sesuatu yang kurang penting. Anak-anak tidak dianggap sebagai hal yang bisa membuat sebuah pernikahan langgeng.
Survei yang dilakukan oleh Pew Research Center pada 2007 menemukan hanya ada 41 persen orang dewasa yang mengatakan bahwa anak-anak sangat penting bagi pernikahan yang baik dan langgeng. Angka tersebut turun 65 persen pada 1990 untuk statemen yang sama. Satu dari lima perempuan berkulit putih usia 40-44 tidak memiliki anak di 2008. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan 17 persen wanita kulit hitam, hispanik, dan 16 persen wanita Asia.
Pendidikan juga tampaknya ikut berpengaruh. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin tinggi pula tingkat mereka tidak ingin memiliki anak. Untuk perempuan dengan gelar D3, tingkat persentasenya mencapai 17 persen. Sedangkan gelar S1 persentasenya lebih tinggi hingga mencapai 24 persen.