REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Awal Ramadhan maupun Syawal menurut perhitungan hisab (ilmu hitung posisi bulan) dan ru'yah (melihat hilal) pada tahun ini kemungkinan sama.
''Kalau menurut perkiraan saya perhitungan hisab dan ru'yah untuk awal bulan Ramadhan dan syawal tahun ini Insya Allah sama. Karena pada tanggal 10 Agustus bulan sudah dua setengah persen di atas ufuk,'' ujar Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DIY Ahmad Muhsin Kamaludingrat saat dihubungi Republika, Senin (26/7). ''Tahun ini lamanya bulan Ramadhan 30 hari.''
Muhammadiyah yang menggunakan perhitungan hisab sebelumnya sudah menetapkan bulan Ramadhan berlangsung tanggal 11 Agustus sampai 9 September. Sementara dari Nahdatul Ulama (MU) menggunakan perhitungan ru'yah yang baru akan diumumkan pekan depan. ''Sedangkan MUI harus mengakomodasi keduanya dan Insya Allah tahun ini perhitungannya sama,'' jelas Muhsin.
Selanjutnya Muhsin mengatakan, berkaitan akan masuknya bulan Ramadhan, MUI DIY menyiapkan himbauan kepada tiga komponen: yaitu: umat Islam, pemerintah, dan umat beragama nonIslam. ''Bagi umat Islam, marilah kita laksanakan amalan bulan Ramadhan secara utuh dan penuh, bersungguh-sungguh serta benar seperti tarawih, tadarus Al-Qur'an,'kata dia.
Kepada gubernur, walikota/bupati, para pimpinan kantor/perusahaan dihimbau agar memberi kesempatan pada umat Islam untuk melaksanakan bulan Ramadhan dengan bebas, merdeka, dan nyaman. ''Misalnya, jam masuk kantor ada toleransi waktunya diundur dan jam pulangnya dipercepat, kalau tidak bulan Ramadhan di kantor selalu disediakan minuman dan snack, maka pada bulan Ramadhan sebaiknya tidak menyediakan makanan dan minuman,'' jelas dia.
Kemudian kepada umat beragama lain, kata Muhsin, di bulan Ramadhan hendaknya bisa menghormati umat Islam yang sedang melaksanakan puasa dan lebih toleransi. Apalagi jumlah umat Islam di DIY sekitar 92 persen dari seluruh penduduk. ''Sehingga apabila yang nonIslam itu toleransi terhadap umat Islam yang berpuasa, berarti mereka akan lebih terhormat,'' tandasnya.