REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bank Dunia menilai kenaikan tarif dasar listrik (TDL) pada Juli 2010 lalu dinilai tidak terlalu berdampak negatif bagi masyarakat. Menurut Bank Dunia, TDL Indonesia umumnya lebih rendah dari negara lain, baik untuk pengguna rumah tangga maupun industri. Oleh karenanya mereka menyarankan agar pemerintah di tahun 2011 tetap menjalankan niatnya untuk menaikan TDL.
Ekonom Senior Bank Dunia, Enrique Blanco Armas, menuturkan saran kenaikan TDL itu bertujuan agar alokasi subsidi TDL bisa dialihkan untuk alokasi pembangunan infrastruktur di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). ''Kenaikan TDL sebesar delapan persen tidak terlalu memiliki dampak untuk masyarakat. Pemerintah sebaiknya dapat mengalokasikan yang lebih banyak untuk pembangunan infrastruktur,'' paparnya dalam diskusi 'Indonesia Economic Quarterly' di Jakarta, Selasa (28/9).
Disebutkannya, kenaikan tarif listrik pada Juli 2010 lalu, merupakan reformasi paling besar terhadap tarif listrik sejak Januari 2003. Menurutnya, selama Januari 2003-Juli 2010 harga keseluruhan meningkat 71 persen bagi rata-rata rumah tangga perkotaan dan 84 persen bagi rata-rata rumah tangga miskin. ''Kenaikan TDL tidak tampak berlebihan dengan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 6,2 persen dan PDB meningkat 6,9 persen dibandingkan biaya ekonomi PLN sejak 2003 meningkat hampir dua setengah kali lipat,'' ujar Enrique.
Menurut Enrique, peningkatan di bulan Juli adalah langkah kecil menuju sasaran pemerintah untuk meningkatkan penetapan sasaran subsidi energi sementara menempatkan ulang beban mereka terhadap anggaran kepada pembangunan prasarana dan sumber daya manusia. Dia menjelaskan, saat ini tarif listrik Indonesia lebih rendah dari tetangga meskipun telah dinaikkan delapan persen. ''Tarif listrik di Indonesia hanya sekitar tujuh sen dolar AS per kwh sedangkan Singapura dan Filipina mencapai 14 sen dolar AS per kwh,'' ungkapnya.