REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—PT Kereta Api tak ingin mencampuri penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terkait dua kecelakaan kereta api di Purwosari dan Pemalang, Jawa Tengah.
PTKA menyerahkan sepenuhnya pada hasil pemeriksaan KNKT dan meminta publik bersabar menunggu penyelidikan. “Kita lihat apa nanti kesimpulan KNKT, mereka masih bekerja,” ujar Direktur Utama PTKA, Ignatius Jonan, melalui sambungan telepon, Sabtu (2/10).
Karena itu, Jonan menjelaskan, publik jangan dulu beropini tentang peristiwa mengenaskan yang menewaskan puluhan orang tersebut. Kronologis, penyebab, dan semua yang berkaitan dengan kecelakaan sedang diselidiki. “Jangan belum-belum sudah menyatakan human error atau apa, tunggu KNKT sajalah.”
Namun demikian, Jonan melanjutkan, PTKA sudah menerapkan aspek kedisiplinan dan profesionalitas pada setiap petugas perjalanan kereta api. Mulai dari petugas di stasiun, pintu perlintasan, sampai petugas di dalam kereta.
Setiap masinis yang bertugas menjalankan kereta api, kata Jonan, selalu mendapatkan pemeriksaan rutin, baik kesehatan maupun kecakapannya. “Tapi sekali lagi, biarkan saja KNKT bekerja dulu, kita jangan semakin memperkeruh. Mudah-mudahan penyelidikan tidak lama,” ujar Jonan.
Pada Sabtu (2/10), dua kecelakaan kereta api terjadi di daerah Jawa Tengah dalam waktu berdekatan. Kecelakaan pertama terjadi di Stasiun Purwosari, Solo, sekitar pukul 02.35 WIB. Kereta Api Bima jurusan Jakarta-Surabaya menabrak Kereta Api Gaya Baru Malam yang sedang berhenti di Stasiun Purwosari, Solo. Tabrakan tersebut menyebabkan jatuhnya satu korban meninggal dunia.
Kecelakaan kedua terjadi lebih dahsyat di Petarukan, Pemalang, sekitar pukul 03.05 WIB. Kereta Api Argo Anggrek jurusan Jakarta-Surabaya menghantam KA Senja Utama Jakarta-Semarang yang sedang berhenti/langsir di stasiun. Korban meninggal mencapai puluhan orang.
Kedua kecelakaan sama-sama tabrakan dari arah belakang terhadap kereta yang sedang berhenti.
Kementerian Perhubungan menduga kecelakaan disebabkan faktor kelalaian manusia (human error). Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Tundjung Inderawan, mengatakan, indikasi kelalaian manusia terlihat dari jenis kecelakaan yang berupa tabrak belakang. “Ini sangat jarang terjadi dan biasanya karena kesalahan masinis, bisa saja ada pelanggaran sinyal,” imbuh Tundjung.
Akan tetapi, senada dengan Jonan, kepastian mengenai penyebab kecelakaan akan menunggu hasil penyelidikan KNKT. Saat ini pihaknya tengah berkonsentrasi dalam proses evakuasi korban dan pengaturan jalur kereta api. “Kita ingin evakuasi secepatnya sehingga jalur kereta api di dua stasiun ini bisa lancar kembali,” tandas Tundjung.