Jumat 22 Oct 2010 02:29 WIB

Masuk Makkah Harus Miliki Visa Haji

Rep: priyantono oemar/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH – Untuk dapat masuk ke Makkah, bus-bus jamaah haji Indonesia menjalani pemeriksaan administrasi. Rabu kemarin, bus-bus yang mengangkut 2.277 jamaah kloter dari Madinah menjalani pemeriksaan di pos Jumum, 25 km sebelah utara Makkah. Pemerintah Arab Saudi tak menginginkan jamaah yang tak memiliki visa haji memasuki Makkah.

Pekan ini, Gubernur Makkah, Pangeran Khaled Al-Faisal akan meluncurkan kampanye ‘’Tak ada haji tanpa izin’’. Untuk itu, pemerintah Makkah akan membatasi kendaraan kecil masuk ke Makkah. Langkah ini, kata Ketua Komisi Pelaksana Haji Provinsi Makkah, Abdullah Al-Khodairy, seperti dikutip arabnews.com, Rabu (20/10) tengah malam, ‘’Akan memberikan kontribusi keberhasilan haji tahun ini.’’

Para jamaah Indonesia yang datang awal di Makkah, Rabu malam telah menyelesaikan ibadah umrah mereka. Kamis (21/10) 5.195 jamaah Indonesia dari Madinah juga bergerak di Makkah. Jamaah Indonesia yang berangkat gelombang pertama diharapkan sudah ada di Makkah semua pada 6 November.

Di Jumum, para jamaah mendapat pembagian ‘’minuman selamat datang’’ berupa air zamzam dari Zamazemah United Office. Lembaga inilah yang diberi hak melayani kebutuhan air zamzam untuk para jamaah haji selama di Makkah.

Setelah tiba di Makkah, jamaah langsung dikirim ke pondokan masing-masing. Jamaah yang tinggal di Ring II (radius (2.001-4.000 meter dari Masjidil Haram) mendapat layanan transportasi khusus untuk melaksanakan umrah. Sedangkan mereka yang tinggal di Ring I (radius 2.000 dari Masjidil Haram) tak mendapatkan layanan transportasi khusus umrah. Mereka berjalan kaki dari pondokan ke Masjidil Haram.

Jamaah lansia dan jamaah sakit diantar ke Masjidil Haram dengan kursi roda. Pemerintah Makkah telah menyediakan kursi roda untuk jamaah. Nenek Koyimah binti Nasrun –jamaah tertua yang berusia 102 tahun—juga berangkat umrah dengan kursi roda. ‘’Senangnya saya sudah ada di sini,’’ ujar Nenek Koyimah, begitu tiba di rumah pondokan. Wajahnya ceria.

Nenek Koyimah perlu menunggu lima tahun untuk bisa melunasi ongkos naik haji. Ia menyisihkan penghasilannya dari bekerja sebagai dukun pijat bayi dan berjualan sayur di kampungnya, di Labuan Batu, Sumatra Utara.

Usai umrah, sekitar pukul 23.00 waktu Makkah, beberapa jamaah perempuan berbelanja ember di toko-toko sekitar Masjidil Haram. Beberapa jamaah sudah membawa ember dari Madinah. Mereka membawanya dengan plastik keresek besar, bercampur dengan brang-barang lain. Barang-barang ini terlihat memenuhi gang kursi bus yang membawa mereka dari Madinah.

Setelah dua hari tinggal di Makkah, para jamaah yang menempati rumah pondokan yang harganya kurng dari 2.850 riyal, akan menerima uang sisa sewa. Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi, Syairozi Dimyati, mengatakan uang siswa sewa rumah akan dibagikan melalui ketua rombongan.

Syairozi mengatakan, masing-masing jamaah akan menerima sisa uang sewa yang besarannya berbeda. Sebab, harga sewa rumah pondokan juga berbeda. Bahkan, jika ada satu kloter yang menempati dua rumah yang berbeda, sebagian menerima sisa uang sewa, sebagian lagi bisa tidak menerima.

‘’Bisa jadi, rumah yang satu harganya kurang dari  2.850, rumah satunya lagi di atas 2.850,’’ ujar Ketua Daker Makkah, Cepi Supriyatna. Cepi berharap jika jamaah ada yang menerima sisa uang sewa yang berbeda dengan perhitungan petugas.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement