REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) atau Konferensi Internasional Kajian Islam ke 10 akan dibuka secara resmi oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono di Banjarmasin, Senin (1/11) besok. Kegiatan rutin tahunan yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia dan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri tersebut akan berlangsung hingga 4 November mendatang. Tema yang diangkat pada konferensi kali ini adalah menemukan jati diri Islam Indonesia-Nusantara.
Ketua panitia ACIS X, Dr H Mastuki HS MAg mengatakan, tema yang diangkat dalam konferensi tersebut merupakan tindak lanjut dari ACIS ke-9 di Surakarta tahun 2009 lalu. "ACIS ke-9 mengkaji Islam secara umum bagaimana paradigma keilmuan di perguruan tinggi Islam. Pada konferensi kali ini kita akan kaji lebih spesifik tentang Islam di Indonesia di nusantara ini," paparnya saat dihubungi, Ahad (31/10).
Menurutnya, selama ini kajian ilmu Keislaman yang ada di perguruan tinggi Islam lebih banyak tentang kajian Islam Timur Tengah. Kajian Islam Nusantara yang merupakan akar munculnya Islam dan khazanah Islam di Indonesia justru sering terabaikan. "Islam Nusantara selama ini relatif absen dari kurikulum di pendidikan kita," tambahnya.
Padahal kata dia, Islam Indonesia saat ini telah menjadi kajian para peneliti dan pakar di dunia. Karena itu, kata dia, ke depan pihaknya ingin, Islam Nusantara ini menjadi kajian utama dalam pendidikan agama Islam di Indonesia. Karena itulah pada konferensi kali ini, pihaknya mengundang beberapa pemateri dan pakar tentang studi Islam Nusantara baik dari dalam maupun luar negeri.
Beberapa pakar dari dalam dan luar negeri yang akan hadir dalam konferensi tersebut adalah, Prof Dr Azyumardi Azra, MA. (Jakarta, Indonesia),Prof Dr Mark Woodward (Amerika Serikat),Prof Dr Ra'fat Asy-Syaikh (Al-Azhar University Mesir),Prof Dr Ahmad Somboon Bualuang (Prince Sonkhla University Thailand),Prof Dr Moner Bajunaed (NUCP - National Ulama Council of the Philippines),Prof Dr Johan Hendrik Meulemann (Belanda), KH Masdar F Mas'udi (Jakarta, Indonesia),KH Dr A Mustofa Bisri (Jawa Tengah, Indonesia),Prof Mansoor Moh Noor (Universitas Kebangsaan Malaysia), Prof Dr Nelly van Doorn-Harder (Belanda, AS), Dr Djohan Effendi (Australia), Prof Dr Bambang Pranowo (Indonesia), Dr Jalaluddin Rahmat (Bandung, Indonesia), Prof Dr Farish A Noor (Nanyang University Singapore), Dr Ken Miichi (Jepang), Dr Budhy Munawar-Rahman (Jakarta, Indonesia), Dr Yudi Latif (Jakarta, Indonesia), dan Dr Jonathan Zilberg (University of Illinoi, AS).