Rabu 10 Nov 2010 06:55 WIB

Turki Berharap Jadi Tuan Rumah Pembicaraan Nuklir Iran

Bendera Turki
Bendera Turki

REPUBLIKA.CO.ID, OXFORD, INGGRIS--Turki mengharapkan untuk menjadi tuan rumah pembicaraan antara Iran dan enam negara kuat dunia terkait program nuklir Teheran dalam waktu dekat, kata Presiden Abdullah Gul Senin (8/11). Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki pada Minggu mengatakan bahwa Iran siap untuk melakukan dialog dengan kelima negara anggota tetap Kewan Keamanan PBB.

Anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman (yang dikenal sebagai P5+1) dan Turki mungkin menjadi tempat yang tepat. "Sebagai imbas dari perkembangan terbaru, anda mungkin juga mendengar bahwa Turki akan menjadi tuan rumah pembicaraan P5+1 dengan Iran dan hal itu akan dilaksanakan dalam waktu dekat," kata Gul dalam sebuah acara di Oxford, Inggris.

Negara mayoritas Muslim Turki adalah anggota NATO dan kandidat kuat anggota Uni Eropa. Turki telah mengembangkan hubungan dagang dan politik yang lebih erat dengan negara tetangganya Iran dalam beberapa tahun terakhir. Gul yang berbicara melalui penerjemah, mengatakan bahwa Turki memiliki keyakinan bahwa pembicaraan tersebut adalah langkah pembangunan kepercayaan yang penting dan sebagai langkah maju dalam pencapaian solusi diplomatik.

Kegagalan dalam dialog antara Iran dan negara-negara kuat tersebut setahun lalu mengakibatkan pemberlakuan sanksi yang semakin ketat terhadap pihak Teheran. Ketegangan selama delapan tahun itu berpotensi menimbulkan persaingan senjata di kawasan. Israel dan sekutu utamanya Amerika Serikat tidak melakukan serangan pre-emptive untuk menghentikan langkah Iran dalam membuat bom nuklir.

Gul mengatakan bahwa Turki pernah menjadi saksi peranga di Timur Tengah selama era 1990-an dan perang Irak lalu. "Perang yang melibatkan negara tetangga kami bukanlah pengalaman yang ingin kami ulangi lagi, untuk alasan ini kami mencoba untuk meyakinkan bahwa masalah tersebut dapat diselesaikan melalui cara diplomasi," katanya dalam sebuah acara yang digagas Pusat Studi Islam Oxford.

Kelompok negara P5+1 -- Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis, Inggris dan Jerman -- telah menawarkan agar pembicaraan dilangsungkan pada 15-17 November di Wina, Austria, sebuah langkah yang disambut baik oleh Iran namun tidak disepakati secara resmi. Iran telah mengisyaratkan sejumlah tanda tentang keinginan mereka untuk dimulainya kembali pembicaraan tersebut.

Seorang ajudan senior Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad pernah mengatakan bahwa meskipun Iran menyetujui tentang dialog tersebut, namun hal itu tidak akan mempengaruhi program nuklir mereka.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement