Kamis 23 Dec 2010 21:29 WIB

Cina Larang Bahasa Inggris di Semua Publikasi

REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING--Surat kabar, buku, dan situs internet di Cina tidak lagi dibolehkan untuk menggunakan kata-kata dan frase dalam bahasa Inggris.

Hal tersebut diumumkan oleh badan berwenang yang mengurus masalah penerbitan dan mengatakan bahwa "kemurnian" bahasa Cina berada dalam bahaya.

"General Administration of Press and Publication" yang mengumumkan peraturan baru tersebut pada Senin mengatakan bahwa peningkatan penggunakan kata dan singkatan bahasa Inggris dalam tulisan China menyebabkan kebingungan dan dianggap sebagai "penyalahgunaan bahasa".

Praktik tersebut "membawa kehancuran atas standar dan kemurnian bahasa China dan mengganggu harmonisasi dan kekuatan bahasa dan lingkungan budaya, menyebabkan dampak sosial yang negatif," tulis badan tersebut dalam laman situsnya.

"Terlarang untuk mencampuradukkan frase bahasa asing seperti kata-kata atau singkatan bahasa Inggris dalam publikasi Cina atau untuk menciptakan kalimat yang tidak jelas karena bukan benar-benar dalam bahasa Cina atau menggunakan bahasa asing apa pun," katanya.

GAPP menyebutkan perusahaan yang melanggar peraturan itu akan mendapat "sanksi administrasi" tanpa memberikan rincian jelas.

Singkatan dalam bahasa Inggris seperti NBA (National Basketball Association), GDP (gross domestic product), CPI (consumer price index) dan WTO (World Trade Organization) biasa digunakan dalam publikasi China.

Badan tersebut memberikan sedikit kelonggaran dengan mencantumkan bahwa "bila dibutuhkan" kata-kata bahasa Inggris dapat digunakan namun harus diikuti oleh terjemahan langsung dari singkatan tersebut atau penjelasan dalam bahasa Cina.

Nama orang atau tempat dalam bahasa Inggris juga harus diterjemahkan, tulis harian China Daily pada Rabu.

Satu penyunting di suatu perusahaan penerbitan di Beijing mengatakan kepada harian itu bahwa peraturan baru dari GAPP tersebut sebenarnya dapat mengurangi pemahaman pesan.

"Tujuan untuk melindungi bahasa Cina memang baik, namun dalam era globalisasi saat beberapa singkatan Inggris seperti WTO sudah banyak diterima pembaca, mungkin terlalu berlebihan untuk menghapuskan singkatan itu," kata penyunting itu.

"Malahan, masyarakat selama ini juga mengucapkan kata-kata tersebut, sehingga peraturan itu dapat menciptakan pertentangan antara penggunaan bahasa lisan dan tulisan."

Awal tahun ini, Televisi Pusat dan Televisi Beijing mengatakan kepada China Daily bahwa mereka menerima pemberitahuan dari pemerintah untuk menghindari penggunaan akronim Inggris dalam program berbahasa China mereka.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement