REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Pembaca berita CBS, Katie Couric, mengejutkan para pemirsanya dalam sebuah diskusi dengan menyarankan membuat semacam Cosby Show versi Muslim. Kontan saja, ide tersebut segera menjadi perbincangan warga AS.
"Gagasan ini memiliki banyak manfaat. Saya tahu kedengarannya gila tapi The Cosby Show' melakukan begitu banyak untuk mengubah sikap tentang Afrika-Amerika di negara ini. Saya pikir kadang-kadang orang takut akan hal yang mereka tidak mengerti," papar Couric seperti dikutip dari The Town Walk.com, Jum'at (21/1).
Ide Couric memang logis, mengingat keberhasilan The Cosby Show mengubah pandangan masyarakat kulit putih terhadap kulit hitam. Hal yang sama juga terjadi pada masyarakat AS keturunan Hispanik. Melalui Goerge Lopez Show, persepsi negatif terhadap keturunan Hispanik berubah dari berbagai sisi.
Memang, masalah kulit hitam dan latin bukan lagi hal besar apalagi sekarang satu keluarga nyata berdarah Afrika-Amerika telah menempati gedung putih. Namun kembali ke tahun 1980-an, film itu berhasil mengubah stereotip tentang kulit hitam dan menyadarkan bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama
Beberapa kritikus mengeluh bahwa penggambaran "The Cosby Show" terlalu baik. Film keluarga dokter dan pengacara kulit hitam itu terlalu jauh dari kenyataan asli. Tapi yang terpenting ada pesan lebih besar yang bisa ditangkap bahwa Mimpi Amerika bukan saja milik kulit putih.
Cuma, kesuksesan ala keluarga hangat itu akan cocok untuk situasi saat ini, ketika banyak orang mendebat berbagai nilai. Seperti kolumnis sinis, Andrea Peyser, yang dalam kolomnya di New York Post mengatakan ide Couric terlalu naif. "Pasalnya, Afrika-Amerika, Eskimo atau bahkan wanita kulit putih-embisil tidak akan menerbangkan pesawat untuk menabrak World Trade Center. Coba ide lain, jenius," tulis Andrea.
Meski ada pula yang mencoba untuk berpandangan seimbang, seperti yang diungkapkan seorang kolumnis dan redaktur dari Pocono Record, situs berita berbasis di Pennsylvania Utara.. "Beberapa Muslim memang membunuh warga AS dalam insiden 11 September. Mereka juga memiliki sekutu yang membunuh lebih banyak orang di luar sana. Namun bukan berarti Muslim Amerika adalah musuh. Perbedaan perlu dijadikan aset keamanan nasional, bukan gangguan," tulisnya.
Dalam situsi itu, ia melihat Muslims telah berada dalam posisi seperti "Negro" di masa lalu. "Itulah yang terlints ketika saya mendengar para jenius, seperti pembawa acara konservatif yang ingin menghadang rencana pembangunan masjid "Ground Zero", yang sebernya fasilitas tersebut bukanlah masjid dan ia tidak terletak di atas lokasi Ground Zero," ujarnya. "Demi melindungi kebebasan beragama, justru dengan respon telinga tuli yang kontradiksi."
Dalam wawancara terpisah, penulis Islam Iran-AS, Porochista Khakpour menyatakan perkembangan Islamofobia menghancurkan hatinya. Penulis essay dan pengaran Buku keturunan Iran itu bersama keluarganya keluar dari negaranya ketika berusia 3 tahun saat revolusi Iran terjadi pada 1980.
Dia bahkan bersedia untuk memainkan peran sebagai reporter, penerjemah dan pemandu wisata untuk media utama AS jika menginginkan ulasan tentang kehidupan Muslim AS. Khakpour merupakan pihak yang sangat mendukung ide The Cosby Show versi Islam. "Saya kira sangat layak untuk dicoba," pungkas Khakpour.agung sasongko/the townwalk
"Kini saya akan melakukan apa pun untuk memecah stereotip tersebut," ujarnya. Itu berarti ia siap menjadi reporter, translator, pemandu tur untuk media besar utama, jika itu membantu mayoritas warga Amerika untuk belajara lebih tentang kehidupan Muslim secara nyata di AS.
AS mungkin perlu mencontoh Kanada yang telah memiliki "Little Mosque on the Prairie," (Masjid Kecil di Padang Rumput), sebuah komedi situasi cukup sukses tentang keluarga Muslim dan interaksi mereka dengan non-Muslim. Tayangan itu mulai ada sejak 2007.