Selasa 15 Mar 2011 19:13 WIB

Oposisi Libya: Zona Larangan Terbang tak Cukup, Bunuh Qaddafi

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Anggota pasukan oposisi menuju garis depan pertempuran dengan militer Qaddafi, di kota Ajdarbia dengan tank.
Foto: AFP
Anggota pasukan oposisi menuju garis depan pertempuran dengan militer Qaddafi, di kota Ajdarbia dengan tank.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGHAZI - Pemimpin revolusi Libya menekan kekuatan barat untuk membunuh Moammar Qaddafi. Mereka juga mendesak barat meluncurkan serangan militer terhadap pasukan Qaddafi sekaligus melindungi kota-kota yang dikuasai oposisi dari ancaman serangan berdarah.

Jurubicara dewan revolusi nasional, Mustafa Gheriani, di markas pertahanan Benghazi, mengatakan desakan itu disampaikan dalam pertemuan antara delegasi oposisi dengan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy dan Menlu AS, Hilarry Clinton di Paris, Senin (14/3).

Beberapa hari lagi para menteri G8 akan berkumpul untuk mempertimbangkan apakah mendukung seruan Inggris dan Prancis untuk menerapkan zona larangan terbang di Libya.

"Kita mengatakan pada barat kita tak menginginkan zona larangan terbang, kami ingin serangan taktis terhadap tank-tank dan roket yang digunakan untuk membombardir kami, dan kami ingin ada serangan terhadap kemah Qaddafi," ujar Gheriani. "Ini adalah pesan dari delegasi kami di Eropa."

"Mengapa tidak? Jika ia mati, tak ada seorang pun yang akan meneteskan air mata," ujarnya.

Namun dengan perselisihan diplomatik hanya fokus pada zona larangan terbang, sepertinya sedikit kemungkinan ada prospek bahwa militer asing akan menyerang pasukan Qaddafi, apalagi serangan udara terhadap diktator Libya.

Pemimpin oposisi Libya itu membuat desakan ketika pasukan udara Qaddafi mengebom Ajdarbia, sebuah kota dengan 135 ribu penduduk yang menjadi rintangan utama Qaddafi sebelum Benghazi.

Serangan itu juga kian memperkuat niat Prancis dan Inggris untuk mengintervensi. Paris menyatakan ingin segera menerapkan zona larangan terbang sesegera mungkin. Gagasan itu didukung oleh Liga Arab, yang bisa jadi mudah memperoleh kata sepakat di Dewan Keamanan PBB. Dua negara Eropa itu juga berniat mendesakkan topik itu di pertemuan NATO, Selasa ini.

Namun oposisi juga menegaskan bahwa zona larangan terbang tidak akan menambah keuntungan nyata, kekalahan militer beberapa hari terakhir disebabkan serangan roket dan artileri berat, sementara serangan udara relatif tidak kerap.

Zona larangan terbang saja mungkin tak akan cukup untuk mencegah tentara Qaddafi untuk terus merangsek ke Benghazi, ujar oposisi.

Sejauh ini barat secara terang-terangan menyatakan dukungan terhadap Qaddafi. Situasi menjadi kian rumit, begitu pula di kalangan pemberontak atau pasukan asing untuk terlibat dalam medan pertempuran. Sebagian besar karena pandangan kuat terhadap konsekuensi akibat invasi Irak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement