REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - India pada Jumat (18/3) mengatakan pihaknya ingin melihat warga Afrika Utara dan Asia Barat membuat keputusan sendiri yang 'bebas dari intervensi luar' setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendukung aksi militer asing di Libya. Perdana Menteri Manmohan Singh membuat pernyataan setelah keputusan India untuk abstain dalam rapat Dewan Keamanan PBB pada Kamis malam yang menyetujui penggunaan pasukan untuk melindungi kelompok perlawanan Libya.
"Keinginan umat manusia untuk mendapatkan kebebasan dan hak warga untuk memutuskan masa depan mereka sendiri adalah hal yang universal," kata Singh dalam satu konferensi di New Delhi. "Sebagai salah satu negara demokrasi, kami senang mengetahui bahwa saudara-saudara kami di Asia Barat dan Afrika Utara meningkatkan perannya dalam menentukan masa depan mereka sendiri," katanya.
Namun, "hal itu merupakan keputusan negara dan warga negaranya bagi diri mereka sendiri, bebas dari intervensi atau tindak kekerasan dari luar," kata Singh. Sikap Dewan Keamanan PBB, yang empat anggotanya --China, Rusia, Jerman dan Brazil-- juga memilih abstain, menerima keputusan zona larangan terbang di Libya dan memerintahkan "semua tindakan yang diperlukan" untuk melindungi warga sipil dari tentara Kolonel Muamar Gaddafi.
Para diplomat mengindikasikan bahwa serangan udara dari koalisi yang dipimpin oleh Inggris, Prancis dan Amerika Serikat akan segera terjadi. Namun resolusi PBB mengesampingkan opsi untuk mengirim pasukan darat. Singh mengatakan bahwa India akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mendukung keputusan yang diambil oleh warga dan negara di Asia Barat dan Afrika Utara dan menambahkan bahwa India memiliki enam juta warga yang berada di wilayah itu sebagai pekerja migran.
"Sebagai negara tetangga yang dekat dan juga sahabat dengan ikatan sejarah, kami memiliki kepentingan besar untuk evolusi damai dan tertib mereka," tambah Singh. India secara tradisional memiliki kebijakan luar negeri yang tidak berpihak meski negara tersebut telah cenderung kepada Amerika Serikat setelah akhir Perang Dingin.
Negara tersebut juga memiliki usaha eksplorasi minyak di Libya sebagai usahanya untuk mengamankan aset minyak dan gas sebagai bahan bakar dalam negeri karena perekonomiannya yang cepat berkembang. Dalam beberapa pekan terakhir, India sudah mengevakuasi 18.000 warganya yang bekerja di Libya.
Pada awal pekan ini, pemimpin Libya Muamar Gaddafi mengundang perusahaan-perusahaan China, Rusia dan India untuk melakukan pengeboran minyak di Libya, menggantikan perusahaan-perusahaan Barat yang pergi karena gejolak dalam negeri, India belum memberikan respon atas permintaan itu.