REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - Para peneliti telah menemukan kembali beberapa spesies katak yang tubuhnya berpendar, termasuk satu spesies yang terakhir kali terlihat di India lebih dari satu abad lalu. Temuan itu menyimpan potensi petunjuk mengenai mengapa hewan itu mampu bertahan hidup dalam krisis global yang menewaskan banyak hewan amfibi.
Namun dalam studi di lima benua yang disiarkan Kamis (17/2), para pelestari lingkungan hidup memiliki kabar yang sebagian besar suram. Dari 10 spesies yang berada di tempat teratas daftar amfibi yang hilang, cuma satu - kodok harlequin di Ekuador - yang ditemukan lagi. Para ilmuwan tersebut memperkirakan lebih dari 30 persen binatang amfibi menghadapi kepunahan akibat jamur misterius yang telah menyebar di seluruh dunia selama satu dasawarsa belakangan. Selain itu, ada tekanan dari hilangnya habitat dan perubahan iklim.
Robin Moore, ahli mengenai hewan amfibi di Conservation International, mengatakan para ilmuwan akan secara seksama meneliti bagaimana spesies yang ditemukan kembali itu bertahan hidup. "Mungkin saja hewan yang bertahan hidup tersebut agak ulet terhadap penyakit ini yang memusnahkan sangat banyak spesies, baik karena daya tahan genetiknya atau apakah mereka memiliki sejenis bakteri menguntungkan yang melawan penyakit itu," kata Moore.
"Itu menunjukkan bahwa ada perbedaan dan sebagian spesies mampu bertahan. Itu memberi kami jalur penelitian lebih lanjut," kata Moore. Studi tersebut, yang dipimpin oleh Conservation International dan International Union for Conservation of Nature, melibatkan ekpedisi selama lima bulan di sebanyak 21 negara.
Di India, para peneliti menemukan lima spesies di wilayah yang memiliki keragaman hayati Ghats Barat. Salah satu spesies itu, Chalazodes Bubble-nest frog, yang berpendar, terakhir kali terlihat pada 1874. SD Biju dari University of Delhi mengatakan ia "sangat gembira" ketika ia pertama kali melihat katak tersebut, yang diduga hidup pada siang hari di bawah alang-alang. "Aku tak pernah melihat katak dengan warna yang demikian cemerlang selama 25 tahun penelitianku," kata Biju di dalam satu pernyataan.
Di Ekuador, para peneliti menemukan bukti kehadiran katak harlequin --yang dikenal dengan nama katak Rio Pescado stubfoot-- untuk pertama kali sejak 1995. Namun para ilmuwan tersebut mengkhawatirkan masa depan spesies itu, dan mengatakan hewan tersebut berada di empat tempat yang tak terlindungi di dataran rendah Pasifik.
Selain memiliki nilai budaya dan keindahan mereka, binatang amfibi memainkan peran penting dalam ekosistem dengan memangsa serangga yang bisa merusak tanaman. "Kami telah mendapati di beberapa masyarakat di Amerika Tengah bahwa ketika kalian kehilangan hewan amfibi, kalian menghadapi kemerosotan kualitas air, peningkatan tanaman ganggang dan pengendapan," kata Moore.
Binatang amfibi juga menawarkan kaitan antara kehidupan air dan daratan dan menjadi sumber makanan buat hewan mamalia, reptil serta burung.
"Ada banyak dampak pukulan yang tak bisa benar-benar kami pastikan kecuali itu terjadi. Dan aku lebih suka tak mengetahuinya dengan cara yang keras," kata Moore.
Para ilmuwan itu juga menemukan enam spesies katak yang tak pernah terlihat selama hampir 20 tahun di Haiti. Pada September tahun lalu, para pecinta pelestarian lingkungan hidup mengumumkan ditemukannya kembali dua spesies Afrika dan satu spesies kadal Mexico.