Senin 28 Jun 2010 03:48 WIB

Diduga Dibunuh, Pengacara Minta Jenazah Eka Gunawan Diotopsi Ulang

Rep: C29/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Mayat dokter herbal yang dekat dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Eka Gunawan harus diotopsi ulang. Mayat Lelaki 66 tahun itu dicurigai dibunuh seseorang, bukan bunuh diri.

“Banyak kejanggalan ditemukan,” ungkap pengacara, Djonggi M Simorangkir, di Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (27/6). Mayatnya ditemukan terduduk menyandar di pintu kamar mandi rumahnya di Sumber Sari 35 – 1, RT 04/RW 10, Kelurahan Babakan, Kecamatan Babakan Ciparay, Bandung. Cincin dan pulpen korban hilang entah kemana.

Leher korban ditemukan terjerat dengan tali. Namun anehnya, jelas Djonggi, tidak ditemukan air mani, air liur, dan kotoran yang keluar dari anusnya. Saat ditemukan pun, mayatnya tidak dalam posisi menggantung. “Padahal, Itu jelas tanda-tanda orang bunuh diri, tetapi tidak ada,” ungkapnya. Pintu kamarnya juga terbuka. Korban memang jarang mengunci pintu kamar.

Djonggi juga meragukan, bagaimana mungkin membunuh diri hanya dengan menggantungkan diri di pegangan pintu. Tinggi pegangan itu hanya satu meter sedangkan tubuh korban lebih dari 1,5 meter. Kalaupun dia duduk tidak mungkin dia terjerat. Kalaupun bunuh diri, tambahnya, pasti dia akan menggantungkan dirinya di tempat yang tinggi.

Dia juga mengatakan sebelum tewas pada pertengahan Mei lalu, korban hidup normal. Dia sempat mengikuti kebaktian. Anaknya sekolah di sebuah perguruan tinggi di London. Dia juga tidak berhutang kepada siapapun. “Tidak ada tekanan psikologis yang menunjukkan dia bosan hidup,” ujarnya.

Sejak kecil, dokter herbal in dikenal tidak pernah berputus asa. Dia sudah ditinggalkan kedua orang tuanya sejak berusia 12 tahun. Semenjak itu dia menjadi tulang punggung keluarga yang menghidupi enam adik-adiknya. Djonggi mengatakan dia sudah terbiasa menghadapi tekanan hidup. “Tidak mungkin dia membunuh dirinya sendiri.

Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi korban betul membunuh dirinya. Pernyataan itu, ungkapnya, hanya untuk menutup kasus ini. Djonggi menduga Eka tewas ditangan pembunuh bayaran. Kemungkinan, tambahnya, dia terlebih dahulu dibius, kemudian dijerat hingga tewas. Untuk menghilangkan jejak, pembunuh menjerat dan menggantung mayat di pegangan pintu.

Mayat itu sudah diotopsi 19 Mei lalu. Namun anehnya, hingga kini belum juga diketahui hasilnya. “Biasanya dua pekan setelah otopsi hasilnya sudah diketahui, tetapi hingga kini belum,” tuturnya. Dia bertanya-tanya, ada apa dibalik itu. Djonggi juga sudah berkonsultasi kepada dua dokter kepresidenan.

“Keduanya sepakat, kematian Eka memang tidak wajar,” ungkapnya menuturkan kesimpulan dua dokter kepresidenan yang identitasnya masih dirahasiakan. Djonggi juga meminta kepada Polri memerintahkan Polda Jawa Barat mengotopsi ulang mayat Eka. “Itu amanat keluarga,” ungkapnya.

Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel, mengatakan jika Eka dibunuh maka si pembunuh memang berhasil, tetapi gagal merekayasa. Sebab, korban ditemukan tidak terkesan seperti bunuh diri. dia mengatakan aparat penegak hukum harus segera menyelesaikan kasus ini.

Saat ini jenazahnya sudah dikebumikan di sebuah pemakaman di Bandung, Jawa Barat. Eka Gunawan dikenal sebagai pendiri Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI) setahun silam. Dia adalah pemrakarsa pertemuan Presiden Republik Indonesia saat ini dengan para ahli kedokteran University of Chinese, Beijing. Almarhum juga mengelola pusat pelayanan medis di Singapura miliknya yang mendapatkan penghargaan dari Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien .

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement