Kamis 22 Jul 2010 02:10 WIB

Pura-pura Jadi Dokter, Curi Laptop di RSCM

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Seorang pencuri berpura-pura menjadi dokter ditangkap di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (21/7). Dia diketahui mencuri netbook seharga lima juta rupiah.

Peristiwa itu terjadi pada pukul 10.30 WIB. Ketika itu, pemilik netbook, Saiful Fahmi, sedang mengambil berkas-berkas di luar ruangannya, lantai 3 Gedung G5. Ruangannya kosong.

Saat itulah pelaku, AD, melakukan aksinya. Kepada staf Saiful, Yanti, pelaku mengaku sebagai dokter spesialis bedah plastik. Dia langsung diizinkan memasuki ruangan Saiful. Netbook Saiful pun langsung digasak.

Pelaku kemudian meninggalkan ruangan dan berjalan bersama kawannya yang masih buron menuju area parkiran motor sebelah timur.

Terungkapnya kasus pencurian itu bermula dari Saiful yang kembali ke ruangannya. "Netbook saya hilang," ungkapnya, Rabu (21/7). Mendengar keluhan tersebut, petugas kebersihan, Andri, langsung mengejar AD.

AD tertangkap di area parkiran sebelah timur rumah sakit. Dia sedang berjalan tergesa-gesa menuju gerbang keluar. Pelaku langsung diinterogasi di ruangan humas. "Saya terpaksa mencuri untuk kebutuhan hidup," tuturnya sambil menundukkan kepala.

AD mengaku baru pertama kali beraksi. Dia berangkat dari rumahnya Jl Yos Sudarso, Tasikmalaya, Jawa Barat beberapa hari lalu. Pelaku yang berusia 39 tahun itu tidak bertempat tinggal di Jakarta. "Saya ke rumah sakit ini saja," terangnya dengan suara parau. Terkadang dia berada di luar area rumah sakit, terkadang juga berada di dalam.

Petugas Humas Rumah Sakit Cipto, Antaria, mengatakan, pelaku sudah sekitar sepekan berada di rumah sakit. "Dia kerap bersenda-gurau dengan petugas parkir," tuturnya. Diduga, pelaku sudah mempelajari denah ruangan rumah sakit. Dia sudah mengincar korbannya.

Antaria mengungkapkan, sulit untuk mengetahui jati diri pelaku. Sebab, dia memakai jas putih. Petugas keamanan sendiri pasti menganggapnya dokter. Satu-satunya yang membedakan adalah kartu identitas. Namun, masih ada pegawai atau dokter yang mengabaikan itu.

Antaria berharap dokter-dokter dan para pegawai rumah sakit selalu memakai kartu identitasnya, setidaknya itu yang membedakan antara dokter asli dan dokter gadungan seperti AD.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement