Senin 09 Aug 2010 04:16 WIB

Banjir Masih Mengancam Jakarta

Rep: muhamad fakhrudin/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Banjir dan genangan yang disebabkan oleh curah hujan tinggi masih akan mengancam Ibu Kota dan sekitarnya. Karena, meski telah memasuki musim kemarau, hujan dengan intensitas sedang dan deras diperkirakan masih akan mengguyur DKI Jakarta, bagian tengah dan selatan Jawa Barat, dan bagian selatan Banten.

Kepala Sub Bidang Informasi Publik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofosika (BMKG), Harry Tirto Djatmiko, mengatakan hujan deras terjadi karena pembentukan awan hujan cukup signifikan, sehingga terjadi peningkatan curah hujan yang disebabkan adanya fenomena Lamina, ditambah peningkatan suhu muka laut. Fenomena Lamina yaitu, pembelokan angin yang terbentuk di Samudera Hinda menuju bagian barat Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. "Dari informasi yang kami peroleh fenomena Lamina intensitasnya dari sedang menuju kuat," kata Harry, Ahad, (8/8).

Karena itu, kata Harry, BMKG memperkirakan Jakarta dan sekitarnya masih akan diguyur hujan ringan sedang, dan deras hingga beberapa hari kedepan. "Hujan lebatnya lebih dari 3 jam, tapi tidak setiap hari. Terjadi kalau syarat-syarat cuacanya terpenuhi dan optimum," kata Harry.

Harry menambahkan, awan hujan lebih cepat terbentuk, karena adanya anomali suhu muka laut sebesar 0,5 derajat sampai 1 derajat celcius dari suhu normalnya antara 27-28 derajat celcius. Sehingga, suhu muka laut antara 29 sampai 31 derajat celcius. "Suhu muka laut yang tinggi ini mempercepat penguapan yang membentuk awan hujan," kata Harry, Ahad (8/8).

Harry menjelaskan, pembentukan awan hujan juga dipengaruhi oleh radiasi atau penyinaran matahari. "Radiasi menambah daya penguapan, sehingga membuat awan hujan semakin melebar. Biasanya kalau paginya cerah, sorenya kemungkinan bisa turun hujan lebat," ujarnya.

Ahmad Harijadi, Deputi Gubernur Bidang tata Ruang dan Lingkungan Hidup DKI, menambahkan, banjir yang rutin menyambangi Ibu Kota, salah satunya disebabkan kondisi tanah di Jakarta yang setiap tahunnya mengalami penurunan. “Terutama untuk wilayah bagian utara, penurunan tanah setiap tahunnya bisa mencapai 4-5 cm. Jika kurun 20 tahun berarti penurunan tanah telah mencapai 1 meter,” ujar Ahmad. Karena itu yang perlu dilakukan Pemprov DKI, yaitu melindungi wilayah utara Jakarta agar lama kelamaan tidak hilang, lantaran abrasi pantai.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DKI, Sarwo Handayani mengatakan, bertambahnya jumlah penduduk berarti bertambahnya jumlah rumah dan semakin sempitnya tanah yang terbuka. Kondisi ini menyebabkan daya serap air oleh tanah menurun dan semakin banyak air yang masuk ke sungai.

Dalam perbandingan peta citra satelit pada 1992 dan 2009, kawasan terbangun yang semula hanya terfokus di Jakarta kini melebar ke kawasan Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Kawasan penyerap air banyak yang berubah menjadi kawasan terbangun.

Di sisi lain, perubahan iklim telah membuat curah hujan semakin deras dan permukaan air laut naik empat sampai enam tahun dalam 18 tahun terakhir. Bertambahnya jumlah air di saluran drainase dan hambatan

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement