Sabtu 04 Sep 2010 04:49 WIB

Jakarta Batasi Pendatang Baru

Rep: Muhammad Fakhruddin/ Red: Arif Supriyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan antisipasi pendatang baru usai lebaran. Pendatang baru ini biasanya dibawa oleh pemudik dari daerah asalnya usai arus balik lebaran.

Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, minta dinas terkait dan para pengurus RT/RW agar melakukan koordinasi terpadu untuk mendata dan mengatasi pendatang baru yang masuk ke wilayah DKI Jakarta selepas arus balik lebaran. Pendatang baru yang harus ditertibkan terutama sanak saudara yang dibawa oleh pemudik asal Jakarta yang tidak didukung oleh modal, keterampilan, dan pendidikan yang memadai sesuai standar yang diperlukan oleh dunia usaha di Jakarta.

“Dinas kependudukan dan catatan sipil (dukcapil) bertugas untuk memantau dan mendata arus mudik maupun arus balik karena penduduk Jakarta semakin padat,” kata Fauzi Bowo di Jakarta, Jumat (3/9). Fauzi meminta dukcapil untuk menyosialisasikan berbagai kebijakan dan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta mengenai tertib administrasi kependudukan dan permasalah kependudukan di Jakarta. Hal ini bertujuan agar warga pendatang mempertimbangkan niatnya untuk mengadu nasib di Jakarta.

Foke, sapaan Fauzi, mengklaim telah terjadi penurunan penambahan jumlah penduduk ke DKI Jakarta setiap tahunnya. Hal ini disebabkan semakin banyak penduduk di luar Jakarta yang memahami peraturan dan ketentuan kependudukan yang berlaku di DKI Jakarta sehingga mengerem kedatangannya ke ibu kota ini.

Fauzi menjelaskan, berdasarkan data yang dia himpun, terjadi penurunan pendatang baru pada 2009, yaitu sebesar 21, 38 persen. Sedangkan penurunan pendatang baru pada 2008 hanya sebesar 19, 29 persen.

Gubernur juga mengharapkan terjadi penurunan pendatang baru di kota sekitar Jakarta, seperti Bogor, Bekasi, dan Tangerang. Karena, menurut dia, sebagai daerah penyangga ibu kota, jika kota-kota tersebut mengalami penambahan pendatang baru dan tetap beraktivitas di Jakarta, maka beban Jakarta tetap tidak berkurang.

“Dari angka statistik memang jumlah penduduk Jakarta 9,6 juta masih di bawah batas yang diperkirakan. Tapi kalau dilihat pertambahan penduduk di daerah otonom tetangga seperti Bekasi, Bogor dan Tangerang, maka pertambahan penduduk ini lebih besar dari angka-angka perkiraan. Jadi secara keseluruhan penduduk Jabodetabek ini tumbuh dengan kecepatan yang cukup tinggi,” kata Fauzi.

Karena itu, Fauzi meminta Disdukcapil DKI menggelar Operasi Yustisi Kependudukan (OYK) secara terpadu dan simpatik sesuai peraturan perundangan kependudukan yang berlaku tetap dilakukan. Termasuk di permukiman padat penduduk maupun kawasan elite ibu kota serta kawasan di apartemen-apartemen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement