Selasa 21 Sep 2010 04:43 WIB

Pemprov DKI Gandeng Pengusaha Kurangi Sampah Plastik

Rep: Muhammad Fakhruddin/ Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Volume sampah plastik konvensional yang sulit terurai dan sulit didaur-ulang di Jakarta semakin memprihatinkan dan mengancam kelestarian lingkungan. Jumlah produksi sampah plastik mencapai 523,6 ton per hari atau 7,7 persen dari total produksi sampah harian Jakarta.

Ini membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggandeng semua pengusaha pasar swalayan modern untuk menggunakan plastik mudah diurai, sebagai ganti plastik konvensional. Penggantian jenis plastik itu diperlukan untuk mengurangi penumpukkan sampah dan memperbaiki kualitas lingkungan.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Eko Bharuna, mengatakan, saat ini Pemprov DKI sedang menyusun aturan yang mewajibkan semua pengusaha menggunakan tas plastik yang mudah terurai. Selain kewajiban, Pemprov DKI juga akan menawarkan insentif bagi yang menerapkannya.

Namun, aturan penggunaan plastik yang mudah terurai masih terbentur belum terbitnya peraturan pemerintah (PP) yang mendukung UU No 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah. Jika PP itu terbit, peraturan daerah mengenai sampah plastik akan lebih mudah disusun. DKI belum menentukan jenis insentif yang dapat diberikan bagi pengusaha yang menggunakan sampah plastik. "Namun, ada niat baik pemerintah untuk memberi penghargaan bagi pengusaha yang menggunakan plastik degradable atau mudah diurai. Sebagian pengusaha sudah menggunakan plastik mudah diurai tetapi belum semuanya,” kata Eko di Jakarta Pusat, Senin (20/9).

Ketua Kamar Dagang dan Industri DKI Jakarta, Edi Kuntadi, mengatakan pihaknya sedang mengampanyekan penggunaan plastik mudah diurai kepada seluruh pengusaha yang menjadi anggotanya. Penggunaan plastik yang ramah lingkungan harus dilakukan untuk mengurangi pencemaran di Jakarta. “Para pengusaha diajak untuk berkontribusi terhadap lingkungan dalam bisnis mereka. Konsumen yang sadar lingkungan juga akan lebih memilih bertransaksi dengan pengusaha yang ramah lingkungan,” katanya.

Plastik mudah terurai lebih mahal

Saat ini yang menjadi kendala adalah harga plastik mudah terurai lebih mahal dari pada plastik konvensional. Suhat Miyarso, Sekretaris Perusahaan PT Chandra Asri, mengatakan, pihaknya sudah memproduksi plastik mudah diurai yang harganya hanya 1,5 persen lebih mahal dibandingkan plastik konvensional.

Menurut Suhat, selisih harga yang tidak terlalu tinggi tersebut membuat plastik ini dapat digunakan di pasar swalayan sampai pasar tradisional. Plastik ini akan mulai hancur setelah empat bulan terpapar cuaca dan sinar matahari. "Dalam waktu sampai dua tahun, plastik mudah terurai ini akan hancur menjadi serpihan di tanah dan dapat diurai oleh mikroba," jelasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement