REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Volume air tanah di DKI Jakarta terus mengalami penyusutan hingga 66,6 juta meter kubik per tahun. Penyusutan volume air tanah di DKI ini juga menyebabkan permukaan tanah di Jakarta terus mengalami penurunan antara 18 hingga 18-26 centimeter setiap tahunnya.
Direktur Keadilan Perkotaan Institut Hijau Indonesia (IHI), Selamet Daroyni, mengatakan kondisi ini harus segera disikapi dengan tegas oleh semua kalangan, termasuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. ’’Bayangkan, jika setiap tahun saja bisa ambles hingga 20 cm, hanya dalam lima tahun permukaan Jakarta sudah bisa kehilangan permukaan setinggi orang dewasa,’’ kata Selamet, Kamis (23/9).
Menurut Selamet, penyebab terjadinya penyusutan volume air tanah tersebut antara lain karena kebutuhan air bersih untuk warga Jakarta masih belum terpenuhi. Dengan estimasi penduduk Jakarta pada 2010 sebanyak 10 juta jiwa, seharusnya pemerintah bisa memasok kebutuhan air bersih sebesar 150 liter untuk setiap jiwa. Sehingga, kata dia, total kebutuhan air per tahun mencapai 547,5 juta meter kubik.
Kenyataannya, kata Selamet, kemampuan pasokan air bersih dari perusahaan daerah air minum (PDAM) hanya sebesar 54 persen saja dari total kebutuhan atau hanya 295,6 juta meter kubik per tahun. Akibatnya, untuk memenuhi kekurangan pasokan yang ada, masyarakat akhirnya memilih menggunakan air bawah tanah hingga 46 persen atau 251,8 juta meter kubik setiap tahun.